 
           
BEKASI (voa-islam.com) – Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi mendesak aparat kepolisian agar menangkap pelaku ‘baptis’ massal berkedok Mobil Pintar. Polisi harus bisa menangkap misionaris itu, karena nomor polisi tiga Mobil Pintar itu tercatat oleh pihak sekolah.
Pernyataan  itu ditegaskan Dr  Sukarmawan MPd, Kepala Dinas Pendidikan Bidang PNFI  (Pendidikan Non Formal dan Informal) Kabupaten Bekasi.
Maraknya  aksi kristenisasi di lingkungan sekolah dasar Bekasi yang dilakukan  oleh oknum misionaris yang mengaku dari program Mobil Pintar, sangat  disayangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi. Terlebih, pihak  sekolah sama sekali tidak mengetahui asal-usul dan identitas para  misionaris itu. Seharusnya, pihak sekolah berhati-hati menerima pihak  luar yang menawarkan kerjasama. Kerjasama dengan pihak luar tanpa ada  surat-surat, rekomendasi maupun dokumen resmi, jelas kecerobohan kepala  sekolah.
 
 “Masa iya pihak sekolah sama sekali tidak tahu mereka siapa dan dari mana? Waktu mereka datang kan mestinya ada pertanyaan-pertanyaan, ini program dari mana, kantornya di mana, basecampnya di mana? Kalau tidak tahu kan kecolongan namanya?” jelas Sukarmawan kepada voa-islam.com, Senin (17/10/2011). “Kita penasaran, siapa orang-orang yang mengatasnamakan program Mobil Pintar Bu Ani Yudhoyono. Kita harus minta pertanggungjawaban kepada lembaga itu karena sudah melakukan pelanggaran,” imbuhnya.

Ketiadaan  surat-surat dan identitas lembaga dan oknum itu, jelas melahirkan jalan  buntu bagi pengusutan kasus bernuansa SARA tersebut. Namun, menurut  Sukarmawan, masih ada titik terang untuk mengungkap siapa pelaku dan  dalang di balik aksi tak terpuji di dunia pendidikan itu, karena pihak  sekolah sempat mencatat nomor polisi dari tiga Mobil Pintar itu.
Berdasarkan  laporan wartawan voa-islam.com, Bu Rahma, guru kelas 3 SD Negeri  Mangunjaya 05, sempat mencatat nomor polisi tiga Mobil Pintar yang  dipakai para misionaris ketika melakukan aksinya. Tiga mobil itu antara  lain: minibus B 7004 KJA, mobil Elf B 7001 KDA dan sedan B 2947 VP.

Karenanya,  Dinas Pendidikan mendesak aparat kepolisian untuk mengusut pelaku  insiden bernuansa SARA di berbagai SD Negeri dan SD Islam Bekasi.  Pengusutan itu, jelas Sukarmawan, bisa dimulai dari nomor polisi yang  tertera di plat mobil tersebut. “Kalau sudah tercatat nomor plat  mobilnya, kan polisi bisa melacaknya. Seharusnya mudah bagi polisi untuk  melacaknya,” ujarnya.
Selanjutnya,  dengan menangkap pelakunya, polisi harus mengungkap institusi di balik  misi yang meresahkan tersebut. “Dengan data nomor mobil itu, polisi  harus mengungkap siapa oknum pelaku Mobil Pintar itu. Polisi harus  mengungkap, mobil itu mobil pribadi atau mobil lembaga. Jika lembaga,  harus diungkap lembaga apa itu?” desak Sukarmawan.
Bila  kasus ini tidak diusut tuntas, Dinas Pendidikan khawatir insiden serupa  menular ke berbagai daerah dengan modus yang lebih licin. “Jangan-jangan  sudah masuk ke wilayah-wilayah lain,” tegasnya.

Sebagai  langkah preventif, sambil menunggu kerja kepolisian, Dinas Pendidikan  Bidang PNFI akan berkoordinasi dengan Pendidikan Dasar agar mewaspadai  program Mobil Pintar ilegal yang meresahkan tersebut. “Kami akan  koordinasi ke Dikdas supaya membuat imbauan agar mewaspadai Mobil Pintar  ilegal ini,” janji Sukarmawan. “Saya sangat prihatin dan terpukul. Ini  adalah insiden dan kecolongan. Saya tidak tinggal diam,” tutupnya.
Seperti  diberitakan voa-islam.com sebelumnya, insiden bernuansa SARA dilakukan  sekelompok misionaris di beberapa SD Negeri dan SD Islam di Kabupaten  Bekasi, hari kamis (6/10/2011), antara lain: SDN Mangunjaya 01, SDN  Mangunjaya 05, SDN Mekarsari 03, SDN Mekarsari 06, SDN Mekarsari 07, SDN  Mekarsari 08, SD Islam Al-Hikmah, dan masih banyak lagi. Modusnya,  belasan misionaris ini masuk ke sekolah-sekolah menawarkan program  edukasi dan motivasi yang mendompleng nama program Mobil Pintar yang  digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono.
 
 Tas Kristen bertuliskan ayat-ayat Bibel ini dibagikan kepada siswa-siswi Muslim.
Dalam  aksinya, belasan misionaris ini menyebarkan kekristenan melalui  cerita-cerita, renungan dan lagu-lagu Kristen. Yang membuat resah pihak  sekolah, para misionaris ini membagi-bagikan tas dan alat tulis bercorak  Kristen yang memuat ayat-ayat Bibel. Prosesi puncaknya, para misionaris  itu melakukan doa pemberkatan dan menciprati siswa-siswi SD dengan air  yang mereka yakini sebagai air suci. Pihak guru dan beberapa pakar  kristologi, menyebut prosesi itu sebagai pembaptisan.
Menurut  Bernard Abdul Jabbar, mantan misionaris yang sekarang hijrah menjadi  Muslim taat, di beberapa denominasi gereja terdapat prosesi baptis  dengan pencipratan air. “Di Kristen ada berbagai prosesi baptis, di  antaranya baptis selam dan baptis percik,” jelas Bernard yang juga Ketua  Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi itu. [taz]
0 komentar:
Posting Komentar