Ringan Pergi Berjihad, Tapi Berat Mengeluarkan Infak

Kamis, 31 Mei 2012



Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Istilah, "segala sesuatu dengan fulus, tidak ada fulus mampus," berlaku juga dalam jihad. Ia tidak bisa tegak dengan semestinya kecuali ada sokongan dana. Karenanya Islam sangat menganjurkan untuk berinfak fi sabilillah dan memberikan ganjaran yang besar padanya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Taubah: 41)
Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya: ini adalah lebih baik bagi kalian di dunia dan akhirat, karena yang kalian infakkan hanya sedikit, lalu Allah mengayakan kamu dengan harta musuhmu di dunia, di tambah dengan kemuliaan untuk kalian di akhirat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,  
وتَكفَّل الله للمجاهد في سبيله إن توفاه أن يدخله الجنة، أو يرده إلى منزله نائلا ما نال من أجر أو غنيمة
"Dan Allah menjamin bagi seorang mujahid fi sabilillah, jika Dia mewafatkannya akan memasukkannya ke dalam surga atau mengembalikan ke rumahnya dengan mendapatkan pahala dan ghanimah." (Muttafaq 'Alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Ayat lain yang menunjukkan hitungan nominal yang cukup besar bagi balasan infak untuk jihad fi sabilillah,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261)
Imam Makhul rahimahullah menerangkan tentang maksud infak di jalan Allah pada ayat di atas, "Yakni (yang dimaksud dengannya): Infak dalam jihad, berupa menyiapkan kuda perang, menyiapkan persenjataan, dan lainnya.
Sedangkan Ibnu Abbas memahaminya dalam jihad dan haji, maka dirham yang diinfakkan dalam keduanya dilipatgandakan sampai 700 kali lipat. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
من أنفق نفقة في سبيل الله كتبت له سبعمائة ضعف
"Siapa yang berinfak fi sabilillah maka dicatat untuknya 700 kali lipat." (Dishahihkan Al-Albani dalam al-Shahihah dan Shahih al-Jami', no. 6110)
Imam Muslim meriwayatkan satu hadits dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Ada seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan membawa seekor unta yang terkendali hidungnya -semacam kendali untuk kuda-, lalu ia berkata: "Ini untuk sabilillah." Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Dibalas untukmu tujuh ratus ekor untu pada hari kiamat, semuanya juga terkendali hidungnya." Maksudnya: engkau mendapat balasan pahala tujuh ratus ekor unta atas infak satu ekor unta ini.
Ringkasnya, infak fi sabilillah merupakan amal ketaatan yang sangat agung dan paling tinggi nilainya. Bentuknya: seorang mujahid membiayai dirinya dan kendaraannya sendiri, membiayai mujahidin selain dirinya baik berupa biaya pembelian senjata atau kendaraan. Masuk di dalamnya nafkah/biaya yang diperuntukkan keluarga mujahid selama ditinggal berjihad.
Kenapa Infak Fi Sabilillah Terasa Sangat Berat?
Secara umum, berinfak (mengeluarkan harta) untuk kebaikan terasa sangat berat. Karena Syetan senantiasa menghalangi manusia dari kebaikan dan ketaatan. Syetan menakut-nakuti dengan kemiskinan agar manusia menjadi pelit dan tidak menginfakkan hartanya. Namun sebaliknya, dalam urusan kemaksiatan tidak demikian. Seseorang akan lebih ringan mengeluarkan hartanya untuk kemungkaran dan kemaksiatannya. Sebabnya, Syetan memotifasi, mendorong, dan menghiasi perbuatannya tersebut.  
Allah Ta'ala berfirman,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 268)
Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah Ta'ala, " Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan", maksudnya: ia menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam tangan kalian, sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.
"Dan menyuruh kamu berbuat buruk", maksudnya: bersama larangannya kepada kalian dari berinfak karena takut miskin, Syetan menyuruh kalian dengan kemaksiatan, perbuatan dosa, keharaman, dan menyalahi perintah al-Khallaq (pencipta; yakni Allah Ta'ala)."   
Al-Jazairi berkata dalam menafsirkan "Dan menyuruh kamu berbuat buruk": dia (Syetan) menyeru kalian untuk mengerjakan perbuatan buruk, di antaranya bakhil dan kikir. Karenanya Allah Ta'ala memperingatkan para hamba-Nya dari syetan dan godaannya, lalu mengabarkan bahwa Syetan menjanjikan dengan kefakiran, artinya: menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat dan shadaqah. (sebaliknya) ia menyuruh mereka untuk berbuat buruk sehingga mengeluarkan harta mereka dalam keburukan dan kerusakan, serta bakhil mengeluarkannya untuk kebaikan dan kemaslahatan umum."
. . . Karena peran jihad yang sangat vital dalam membela dien ini dan menjaganya. Sehingga syetan akan berusaha lebih serius dan bekerja lebih keras suapa orang tidak mengeluarkan infak fi sabilillah. . .
Dan godaan syetan akan semakin hebat jika infak itu dikeluarkan untuk jihad fi sabilillah sebagai amal tertinggi di dalam Islam. Karena peran jihad yang sangat vital dalam membela dien ini dan menjaganya. Sehingga syetan akan berusaha lebih serius dan bekerja lebih keras supaya orang tidak mengeluarkan infak untuk jihad fi sabilillah. Demikian itu karena syetan tahu di dalam infak ini terdapat pahala sangat besar dan keutamaan yang tinggi. Sebaliknya bakhil dalam infak ini memiliki dosa yang sangat besar. Hal ini sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Nahhas al-Dimsyaqi al-Dimyathi dalam Tahdhib Kitab Masyari' al-Asywaq, hal. 115.
Rasa eman-eman dan kikir, tidak terbiasa, dan jahil terhadap keutamaan infak fi sabilillah semakin membantu syetan dalam memuluskan misinya menghalangi manusia dari berinfaq fi sabilillah. Terlebih lagi pada zaman kita ini yang terkadang medan jihad terbentang di belahan bumi yang jauh, jerat-jerat ancaman musuh terhadap munfik (penginfak) fi sabilillah begitu berat, jihad distigmakan sebagai tindakan jahat, maka semakin membuat berat dan takut mengeluarkan harta untuk tegaknya jihad fi sabilillah. Tiada daya dan kekuatan kecuali berasal dari Allah Ta'ala.
Maka tiada jalan lagi untuk mengeluarkan infaq fi sabilillah kecuali dengan taufiq dan keteguhan dari Allah, Dzat yang Mahakuat dan Perkasa. Yakni Allah menguatkan diri dalam menghadapi bujukan dan teror yang dihembuskan syetan terlaknat yang senantiasa menakut-nakuti dengan kefakiran dan menyuruh kepada perbuatan keji dan mungkar.  
Kita harus senantiasa ingat kepada Allah dan firman-Nya yang menjanjikan pahala besar dan keutamaan agung dalam infak ini. Allah berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba': 39)
. . . Rasa eman-eman dan kikir, tidak terbiasa, dan jahil terhadap keutamaan infak fi sabilillah semakin membantu syetan dalam memuluskan misinya menghalangi manusia dari berinfaq fi sabilillah. . .
Ringan Pergi Berjihad, Tapi Berat Mengeluarkan Infak
Tidak sedikit ditemukan seorang mujahid yang gagah berani keluar berjihad fi sabilillah, tapi ia merasa berat dan tak mampu mengalahkan bisikan dirinya dalam urusan infak fi sabilillah. Sebabnya, karena syetan membisikkan dalam diri seorang mujahid tadi supaya ia tidak berinfak fi sabilillah. Syetan berkata kepadanya, "Jika engkau kembali dari jihad engkau sudah tak punya uang, padahal saat itu kamu menanggung luka dan sakit. Engkau pulang dalam kondisi fakir yang tak punya apa-apa. Tidak ada harta yang bersamamu. Maka siapkan hartamu untuk nanti saat engkau kembali."
Mujahid yang masih cinta kembali ke dunia dan membenci kesyahidan pasti akan menyambut seruan syetan ini. Jika ia menguatkan tekad untuk mendapatkan kesyahidan dengan sejujur-jujurnya, pastilah ia tak akan berpikir untuk pulang dan memikirkan kondisinya sesudah kembali ke rumahnya. Oleh karena itu, teladan para salaf apabila sudah berhadapan dengan musuh maka mereka memecahkan tempat pedangnya. Hal ini untuk menguatkan tekadnya untuk tidak pulang karena kuatnya kerinduan dalam hatinya untuk meraih kesyahidan, rindu berjumpa dengan Tuhannya, berkumpul dengan manusia-manusia mulia, serta singgah di surga Allah yang penuh kenikmatan.
Dikisahkan perjalanan seorang salaf yang sedang berjihad. Apabila dua pasukan sudah berhadapan dan masing-masing siap menyerang, syetan datang kepadanya mengingatkan istrinya dengan segenap kebaikan dan kecantikannya, sehingga menimbulkan kerinduan kepada istrinya dan tak mau berpisah dengannya. Syetan juga membisikkan akan anak-anaknya yang menyenangkan sehingga ia tak mau mereka menjadi yatim. Syetan juga mengingatkan akan bisnis dan harta yang sudah dikumpulkannya. Sehingga hampir-hampir membuatnya menjadi pengecut dan ingin kabur dari peperangan. Maka pada saat itu datangkan pertolongan dan keteguhan dari Allah yang Maha kuat lagi Perkasa. Kemudian ia berkata kepada dirinya: Wahai jiwa, jika engkau kabur dari peperangan maka istrimu tertalak karenanya, budak-budakmu menjadi merdeka, dan seluruh hartamu sebagai sedekah untuk fakir dan miskin! Masihkah engkau ingin hidup dengan kemiskinan dan berpisah dengan istrimu?
Maka jiwanya menjawab, "Aku tidak suka pulang."
Kemudian ia berkata, "Kalau begitu, majulah engkau berjihad!"
Bisa jadi syetan menanamkan rasa was-was dalam hati seorang mujahid, "Engkau akan terbunuh, maka anak-anakmu akan menjadi fakir dan istrimu menjadi pengemis. Maka tinggalkan harta untuk mereka, jangan enkau infakkan. Cukuplah kematianmu itu menjadi musibah bagi mereka."
Orang yang tak memiliki keyakinan mantap kepada Tuhannya pasti akan menuruti bisikan ini. Ia menjadi ragu dengan jaminan Allah terhadap rizki para hamba-Nya dan memenuhi kebutuhan mereka. Maka bagi Mukmin Mujahid wajib berkeyakinan, ia hanya sarana yang Allah adakan untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya dalam urusan rizki. Ia tak punya kuasa menjamin rizki untuk mereka walau sekecil biji sawi. Kenapa ia ambil pusing berlebih dalam urusan rizki mereka saat masih hidup dan sesudah mati. (Lihat: Tahdhib Kitab Masyari' al-Asywaq: 116-117)
. . . Tidak sedikit ditemukan seorang mujahid yang gagah berani keluar berjihad fi sabilillah, tapi ia merasa berat dan tak mampu mengalahkan bisikan dirinya dalam urusan infak fi sabilillah.
Sebabnya, karena syetan membisikkan dalam diri seorang mujahid tadi, supaya ia tidak berinfak fi sabilillah. . . .
Semoga Allah limpahkan keyakinan yang mantap dalam diri kita dalam menapaki perintah-perintah-Nya, khususnya jihad dan perjuangan Islam. Menolong dan menguatkan kita dalam menghadapi bisikan dan was-was syetan yang menyeru kepada perbuatan keji, munkar, dan bakhil dalam berinfak. Sesungguhnya Allah adalah penolong kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]

0 komentar:

Posting Komentar