Menjawab Syubhat ''Salafi'': Jihad Harus Dengan Izin Amirul Mukminin

Kamis, 31 Mei 2012



Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Diberitakan Muslimdaily.com, pada kamis sore, 01 desember 2011, Nasir Abbas dan Abdurrahman al-Ayyubi dan seorang lagi yang tak dikenal namanya, datang menemui Ustadz Abu Bakar Ba'asyir di Bareskrim, Mabes Polri. Kedatangan mereka bukan untuk menjenguk Ust. Abu yang diberitakan terganggu mata kanan beliau karena penyakit katarak, tapi untuk melakukan deradikalisasi terhadap Ustadz sepuh ini. Caranya dengan gaya lama, bahwa negara ini adalah negara Islam yang sah menurut syariat, sehingga harus diakui dan harus dibela sampai titik darah penghabisan. Tak perlu melakukan perjuangan Tathbiq Syariah Islam (implementasi syariat Islam secara formal) di negeri ini, karena sudah sesuai dengan Islam. Sementara pemimpinnya adalah amirul mukminin, yang wajib didengar dan ditaati perintahnya walau –seandainya- secara pribadi adalah banyak maksiat.
“Indonesia ini adalah negara Islam ustad, karena mayoritas penduduknya adalah orang Islam dan jihad itu diperbolehkan kalau amirnya memerintahkan untuk berjihad (maksudnya amir: SBY),” tegas Abdurrahman Al-Ayyubi kepada Ustad Abu Bakar Ba'asyir.
Nasir Abbas dan Abdurrahaman al-Ayyubi pasti sudah mengenal baik Ust. Abu Bakar Ba'asyir. Keduanya pernah berjumpa dan berinteraksi dengan beliau cukup lama. Keduanya pernah terjun di medan jihad, hanya saja sekarang keduanya sudah murtad darinya. Boleh jadi kemurtadan keduanya dari jihad karena syubuhat ini, Indonesia adalah Negara Islam dan pemimpinnya adalah amirul mukminin, serta jihad yang sah menurut syar'i adalah yang dikomando olehnya. Jika jihad diamalkan tanpa ada izin amirul mukmin yang sah, maka menurut mereka, jihadnya tidak sah atau batil.
Bagi siapa yang melek berita, pasti akan merasa aneh jika Indonesia disebut negara Islam. Para anggota DPR pasti akan berang jika negara ini adalah disebut negara Islam. Pastinya Amerika dan negara-negara kafir lainnya juga tak akan tinggal diam jika sudah tegak Negara Islam. Buktinya, jika di beberapa daerah tumbuh kesadaran untuk menerapkan beberapa aturan yang mengadopsi hukum Islam, maka muncul protes dari beberapa anggota dewan dengan mengatakan, "Indonesia ini bukan negara Islam."
Presiden Indonesia Susilo Bangbang Yudhoyono (SBY) juga pernah menyatakan, bahwa Indonesia bukan negara Islam. Dia juga tidak pernah menyatakan diri sebagai amirul mukminin, tapi seorang pluralis sejati. Bagi seorang pluralis tidak boleh menyatakan Islam adalah agama salah. Dia wajib membenarkan Islam, tapi juga wajib membenarkan agama lainnya. Sementara Islam mengajarkan, Islam saja agama yang benar agama dan selainnya adalah batil. Siapa yang memeluk agama selain Islam, maka amal baiknya tidak diterima oleh Allah dan jika mati di atasnya pasti ia masuk neraka.
Jadi aneh sekali, pemimpin negara ini bilang Indonesia bukan negara Islam, tapi segelintir kelompok kecil yang tergabung dalam kelompok "Salafi" memastikan ini adalah negara Islam. Ini seperti pepatah Arab, “Semuanya mengaku sebagai kekasih Laila. Namun Laila tidak mengakui mereka sebagai kekasihnya.”
Al-'Allamah Al-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, dalam Naqdah Al Qaumiyah Al-Arabiyah (hal. 39) menyebutkan tentang siapa yang menjadikan hukum yang menyelisihi Al-Qur'an, maka ini adalah kerusakan yang besar, dan merupakan kekafiran yang nyata, murtad secara terang-terangan, sebagaimana firman Allah:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Maka demi Rabb mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. Al-Nisa’: 65)
Dan firman Allah:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?“ (QS. Al-Ma’idah: 50)
Sampai kepada kata-kata: “……dan setiap negara yang tidak berhukum dengan hukum Allah dan tidak menyerahkan urusan kepada hukum Allah, maka negara tersebut adalah negara jahiliyah, kafir, zhalim dan fasiq sesuai dengan nash ayat muhkamat (tegas) ini. Wajib bagi orang Islam untuk membencinya dan memusuhinya karena Allah, dan haram bagi kaum muslimin memberikan wala’ (kecintaan, pembelaan dan loyalitas) dan menyukainya, sampai negeri itu beriman kepada Allah yang Maha Esa, dan berhukum dengan Syariat-Nya”.
Siapa Pemimpin Kaum Mukminin(Amirul Mukminin) Itu?
Para pemimpin Islam yang wajib ditegakkan kaum muslimin adalah pemimpin yang menegakkan Al-Qur'an dan Sunnah, dan menerapkan syariat Islam dalam mengatur rakyatnya. Yang karena itulah mereka mendapatkan hak besar untuk didengar dan ditaati rakyatnya, di mana rakyat tidak boleh menentang dengan senjata dan memberontak terhadapnya, walaupun dia itu banyak berbuat maksiat, zalim, dan fasik selain kekufuran. (Lihat: Al-Wajiz: Intisari aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari: 192-193)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Engkau dengarkan dan taati pemimpinmu, walaupun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas, maka dengarkan dan taatilah." (HR. Muslim no. 1847)
Dalam sabdanya yang lain, "Siapa yang benci kepada suatu (tindakan) pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar. Karena sesungguhnya tiada seorangpun dari manusia yang keluar sejengkal saja dari pemimpinnya kemudian ia mati dalam keadaan demikian melainkan ia mati dalam keadaan jahiliyah." (HR. Muslim no.1894)
Dalam riwayat Muslim lainnya (no. 1855), "Dan jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak kalian sukai, maka bencilah perbuatannya (saja), dan janganlah keluar dari ketaatan kepadanya."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Orang yang memberontak kepada pemimpin pasti menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada kebaikan akibat perbuatannya." (Minhajus Sunnah, dinukil dari catatan kaki al-Wajiz: 194)
Kemudian beliau mengatakan, "Adapun pemimpin yang tidak mengindahkan syariat Allah Ta'ala dan tidak berhukum dengannya, bahkan berhukum dengan selainnya, maka dia telah keluar dari cakupan ketaatan kaum muslimin. Yakni tidak ada lagi kewajiban untuk taat kepadanya." (Minhajus Sunnah: I/146, dinukil dari Al-Wajiz: 194)
Kenapa Pemimpin Seperti Itu Tidak Wajib Lagi Mendapatkan Ketaatan Dari Kaum Muslimin? Hal tersebut karena dia telah menyia-nyiakan maksud tujuan kepemimpinannya yang untuk itulah dia diangkat dan mempunyai hak untuk didengar ucapannya dan ditaati perintahnya serta tidak boleh keluar dari pemerintahan yang sah. Karena seorang penguasa tidak berhak mendapatkan itu semua melainkan karena dia mengerjakan urusan-urusan kaum muslimin, menjaga agama dan menyebarkannya, menegakkan hukum dan memperkokoh tempat yang dikhawatirkan mendapat serangan musuh, menumpas orang yang menentang Islam setelah didakwahi, memberikan loyalitasnya kepada kaum muslimin dan memusuhi musuh-musuh agama. Jika dia tidak menjaga agama atau tidak melaksanakan urusan kaum muslimin, maka berarti hilanglah hak kepemimpinannya, dan wajib bagi rakyat –melalui Ahlul Halli Wal 'Aqdi berhak melakukan penilaian dalam masalah tersebut- untuk menurunkan jabatannya dan mengangkat orang lain yang mampu merealisasikan tujuan pemerintahan.
Maka Ahlus Sunnah Wal Jama'ah tidak memperbolehkan keluar dari para pemimpin hanya karena disebabkan kezaliman dan kefasikannya saja –karena kefajiran dan kezaliman tidak berarti mereka menyia-nyiakan agama-, tapi masih berhukum dengan syariat Allah. Karena Salafush Shalih tidak mengenal suatu keamiran (kepemimpinan) yang tidak menjaga agama, maka ini menurut pandangan mereka tidak disebut keamiran. Akan tetapi yang dinamakan keamiran itu adalah yang menegakkan agama. Kemudian setelah itu terjadi keamiran yang baik atau keamiran yang fajir. Imam Ali radliyallahu 'anhu berkata, "Manusia harus memiliki pemimpin, yang baik maupun jahat." Mereka berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang baik kami telah tahu, tapi bagaimana dengan yang jahat?" Beliau menjawab, "(Dengannya) hudud bisa ditegakkan, jalan-jalan menjadi aman, musuh bisa diperangi, dan fa'i bisa dibagi." (Dari Kitab Minhajus Sunnah, Ibnu Taimiyah: I/146, dinukil dari Al-Wajiz, Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari: 194-195)
Jihad Tanpa Intruksi Amirul Mukminin Tidak Haram
Dalam pertemuan singkat antara Ustad Abu Bakar Ba'asyir dengan Nasir Abbas, Abdurrahman Al-Ayyubi, dan seorang teman kedunya, Ustadz Abu menyampaikan munculnya penghianat perjuangan Islam dari dalam diri umat Islam yang disebut "Salafi Dakhili".
“Dulu waktu saya masih di Malaysia, saya pernah disampaikan oleh ulama dari Thailand. Bahwa hati-hati kepada orang-orang salafi. Kalau kami (Ulama Thailand tersebut) menamakan mereka Salafi Dakhili. Karena mereka bentukan intern kerajaan Arab Saudi. Setelah saya pulang ke Indonesia saya melihat dan menemukan orang-orang Salafi Dakhili tersebut. Dan saya menyimpulkan bahwa paling sedikit ada dua tujuan Salafi Dakhili tersebut yaitu: Satu, menentang jihad dengan alasan tidak boleh jihad sebelum ada khilafah. Kedua, membantu toghut dengan alasan negara Islam itu adalah negara yang mayoritas penduduknya orang Islam di dalamnya masih terdengar suara azan," kata kiyai pendiri Pesantren Al-Mukmin, Surakarta kepada kedua mantan mujahid.
Menarik sekali penjelasan Ustad Abu di atas, para "Salafi" menentang jihad dengan alasan tidak boleh jihad sebelum ada khilafah. Dan sebagaimana pernyataan Abdurrahman Al-Ayyubi di atas, " . . . dan jihad itu diperbolehkan kalau amirnya memerintahkan untuk berjihad (maksudnya amir: SBY).”
Konsep jihad semacam ini tidak dikenal oleh para ulama salaf. Kami belum pernah mendapatkan pendapat ulama salaf, bahwa syarat sah jihad harus berada di bawah komando amirul mukminin. Padahal saat sekarang tidak ditemukan pemimpin muslim yang benar-benar menjadikan syariat Islam sebagai Undang-undang negaranya. Ini adalah kesimpulan orang-orang akhir zaman yang mengaku sebagai pengikut ulama salaf, (Salafi). Tidaklah mesti setiap apa yang mereka simpulkan itu sesuai dengan pemahaman ulama salaf. Dan mereka juga tidak boleh menjadikan setiap kesimpulan mereka sebagai pendapat ulama salaf.
Konsep jihad yang tidak boleh ditegakkan kecuali dengan keberadaan amirul mukminin atau imam besar kaum muslimin adalah konsep jihad kaum Syi'ah. Dalam prinsip ajaran Syi'ah, tidak wajib shalat Jum'at dan tidak boleh ditegakkan jihad kecuali dengan adanya Imam. Dan sampai sekarang imam mereka yang ditunggu-tunggu kedatangannya tak juga keluar-keluar. Dan ini merugikan perjuangan Syi'ah sendiri. Maka berijtihadlah beberapa ulama dari mereka yang kemudian lahirlah konsep wilayatul faqih, sosok ulama yang memiliki wewenang sebagaimana wewenangnya imam. Sehingga dengan keputusannya, jihad boleh ditegakkan.
Tersebut dalam Tahdzib Kitab Mashari' al-'Usyaq Fi Fadhail al-Jihad, milik Imam Ahmad bin Ibrahim bin al-Nahhas al-Dimasyqi al-Dimyathi (Syahid tahun 814 H), pada pasal "Fiima Laa Budda li Al-Mujahid min Ma'rifatihi min al-ahkam" (Hukum-hukum yang wajib diketahui oleh mujahid),
"Jihad tanpa izin Imam atau wakilnya adalah makruh (dibenci), tetapi tidak sampai haram. Dan dikecualikan beberapa kondisi berikut dari kemakruhannya:  . . .
Kedua, Apabila imam meniadakan jihad, lalu dia dan pasukannya sibuk mengurusi dunia, yang merupakan fenomena di era ini dan di beberapa negeri, maka tidak dimakruhkan berjihad tanpa izin imam. Karena imam meniadakan jihad, sementara mujahidin menegakkan kewajiban yang ditiadakan."
Ketiga, Apabila orang yg ingin berjhad tidak mampu meminta izin, karena ia tahu jika meminta izin maka tidak akan diizinkan.(Mughni al-Muhtaj: 4/330)
Ibnu Qudamah berkata,
فإن عدم الإمام لم يؤخر الجهاد لأن مصلحته تفوت بتأخيره وإن حصلت غنيمة قسمها أهلها على موجب أحكام الشرع
"Sesungguhnya tidak adanya imam tidak diakhirkan jihad, karena kemashlahatan jihad akan hilang dengan mengakhirkannya. Jika diperoleh ghanimah maka pemiliknya membaginya sesuai dengan ketentuan hukum syar'i." (al-Mughni: 10/374)
Penutup
Sesungguhnya faham para ulama salaf (generasi sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan dua generasi setelahnya) adalah pemahaman yang lurus dan paling selamat. Setiap muslim hendaknya memahami Islam sesuai dengan apa yang telah pahami dengan baik dan mereka amalkan dalam kehidupan. Namun, perlu jujur dalam mengikuti faham mereka tersebut. Tidak boleh kita curang, mengatasnamakan kepada mereka setiap apa yang kita simpulkan. Sehingga ini akan menyebabkan kekacauan dalam kehidupan ber-Islam kaum muslimin yang jauh dari kemuliaan. Salah satu tema yang dinisbatkan kepada ulama salaf adalah urusan jihad yang wajib dibawah kepemimpinan amirul mukminin (imam). Padahal tidak ada keterangan dari mereka yang demikian. Bahkan kesimpulan tersebut bertentangan dengan nash-nash syar'i yang qath'i dan Ushul Syar'iyyah dan kaidah-kaidah fiqih, demikian ditulis oleh Hakim al-Mathiri, Syubhah; Laa Jihaada Illa Bi Wujudi Imam wa Raayah, dari situs Mimbar Tauhid wa al-Jihad. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
READ MORE - Menjawab Syubhat ''Salafi'': Jihad Harus Dengan Izin Amirul Mukminin

Ringan Pergi Berjihad, Tapi Berat Mengeluarkan Infak



Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Istilah, "segala sesuatu dengan fulus, tidak ada fulus mampus," berlaku juga dalam jihad. Ia tidak bisa tegak dengan semestinya kecuali ada sokongan dana. Karenanya Islam sangat menganjurkan untuk berinfak fi sabilillah dan memberikan ganjaran yang besar padanya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Taubah: 41)
Ibnu Katsir berkata, "Maksudnya: ini adalah lebih baik bagi kalian di dunia dan akhirat, karena yang kalian infakkan hanya sedikit, lalu Allah mengayakan kamu dengan harta musuhmu di dunia, di tambah dengan kemuliaan untuk kalian di akhirat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,  
وتَكفَّل الله للمجاهد في سبيله إن توفاه أن يدخله الجنة، أو يرده إلى منزله نائلا ما نال من أجر أو غنيمة
"Dan Allah menjamin bagi seorang mujahid fi sabilillah, jika Dia mewafatkannya akan memasukkannya ke dalam surga atau mengembalikan ke rumahnya dengan mendapatkan pahala dan ghanimah." (Muttafaq 'Alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Ayat lain yang menunjukkan hitungan nominal yang cukup besar bagi balasan infak untuk jihad fi sabilillah,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261)
Imam Makhul rahimahullah menerangkan tentang maksud infak di jalan Allah pada ayat di atas, "Yakni (yang dimaksud dengannya): Infak dalam jihad, berupa menyiapkan kuda perang, menyiapkan persenjataan, dan lainnya.
Sedangkan Ibnu Abbas memahaminya dalam jihad dan haji, maka dirham yang diinfakkan dalam keduanya dilipatgandakan sampai 700 kali lipat. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat di atas)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
من أنفق نفقة في سبيل الله كتبت له سبعمائة ضعف
"Siapa yang berinfak fi sabilillah maka dicatat untuknya 700 kali lipat." (Dishahihkan Al-Albani dalam al-Shahihah dan Shahih al-Jami', no. 6110)
Imam Muslim meriwayatkan satu hadits dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Ada seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan membawa seekor unta yang terkendali hidungnya -semacam kendali untuk kuda-, lalu ia berkata: "Ini untuk sabilillah." Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Dibalas untukmu tujuh ratus ekor untu pada hari kiamat, semuanya juga terkendali hidungnya." Maksudnya: engkau mendapat balasan pahala tujuh ratus ekor unta atas infak satu ekor unta ini.
Ringkasnya, infak fi sabilillah merupakan amal ketaatan yang sangat agung dan paling tinggi nilainya. Bentuknya: seorang mujahid membiayai dirinya dan kendaraannya sendiri, membiayai mujahidin selain dirinya baik berupa biaya pembelian senjata atau kendaraan. Masuk di dalamnya nafkah/biaya yang diperuntukkan keluarga mujahid selama ditinggal berjihad.
Kenapa Infak Fi Sabilillah Terasa Sangat Berat?
Secara umum, berinfak (mengeluarkan harta) untuk kebaikan terasa sangat berat. Karena Syetan senantiasa menghalangi manusia dari kebaikan dan ketaatan. Syetan menakut-nakuti dengan kemiskinan agar manusia menjadi pelit dan tidak menginfakkan hartanya. Namun sebaliknya, dalam urusan kemaksiatan tidak demikian. Seseorang akan lebih ringan mengeluarkan hartanya untuk kemungkaran dan kemaksiatannya. Sebabnya, Syetan memotifasi, mendorong, dan menghiasi perbuatannya tersebut.  
Allah Ta'ala berfirman,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 268)
Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah Ta'ala, " Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan", maksudnya: ia menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam tangan kalian, sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.
"Dan menyuruh kamu berbuat buruk", maksudnya: bersama larangannya kepada kalian dari berinfak karena takut miskin, Syetan menyuruh kalian dengan kemaksiatan, perbuatan dosa, keharaman, dan menyalahi perintah al-Khallaq (pencipta; yakni Allah Ta'ala)."   
Al-Jazairi berkata dalam menafsirkan "Dan menyuruh kamu berbuat buruk": dia (Syetan) menyeru kalian untuk mengerjakan perbuatan buruk, di antaranya bakhil dan kikir. Karenanya Allah Ta'ala memperingatkan para hamba-Nya dari syetan dan godaannya, lalu mengabarkan bahwa Syetan menjanjikan dengan kefakiran, artinya: menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat dan shadaqah. (sebaliknya) ia menyuruh mereka untuk berbuat buruk sehingga mengeluarkan harta mereka dalam keburukan dan kerusakan, serta bakhil mengeluarkannya untuk kebaikan dan kemaslahatan umum."
. . . Karena peran jihad yang sangat vital dalam membela dien ini dan menjaganya. Sehingga syetan akan berusaha lebih serius dan bekerja lebih keras suapa orang tidak mengeluarkan infak fi sabilillah. . .
Dan godaan syetan akan semakin hebat jika infak itu dikeluarkan untuk jihad fi sabilillah sebagai amal tertinggi di dalam Islam. Karena peran jihad yang sangat vital dalam membela dien ini dan menjaganya. Sehingga syetan akan berusaha lebih serius dan bekerja lebih keras supaya orang tidak mengeluarkan infak untuk jihad fi sabilillah. Demikian itu karena syetan tahu di dalam infak ini terdapat pahala sangat besar dan keutamaan yang tinggi. Sebaliknya bakhil dalam infak ini memiliki dosa yang sangat besar. Hal ini sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Nahhas al-Dimsyaqi al-Dimyathi dalam Tahdhib Kitab Masyari' al-Asywaq, hal. 115.
Rasa eman-eman dan kikir, tidak terbiasa, dan jahil terhadap keutamaan infak fi sabilillah semakin membantu syetan dalam memuluskan misinya menghalangi manusia dari berinfaq fi sabilillah. Terlebih lagi pada zaman kita ini yang terkadang medan jihad terbentang di belahan bumi yang jauh, jerat-jerat ancaman musuh terhadap munfik (penginfak) fi sabilillah begitu berat, jihad distigmakan sebagai tindakan jahat, maka semakin membuat berat dan takut mengeluarkan harta untuk tegaknya jihad fi sabilillah. Tiada daya dan kekuatan kecuali berasal dari Allah Ta'ala.
Maka tiada jalan lagi untuk mengeluarkan infaq fi sabilillah kecuali dengan taufiq dan keteguhan dari Allah, Dzat yang Mahakuat dan Perkasa. Yakni Allah menguatkan diri dalam menghadapi bujukan dan teror yang dihembuskan syetan terlaknat yang senantiasa menakut-nakuti dengan kefakiran dan menyuruh kepada perbuatan keji dan mungkar.  
Kita harus senantiasa ingat kepada Allah dan firman-Nya yang menjanjikan pahala besar dan keutamaan agung dalam infak ini. Allah berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba': 39)
. . . Rasa eman-eman dan kikir, tidak terbiasa, dan jahil terhadap keutamaan infak fi sabilillah semakin membantu syetan dalam memuluskan misinya menghalangi manusia dari berinfaq fi sabilillah. . .
Ringan Pergi Berjihad, Tapi Berat Mengeluarkan Infak
Tidak sedikit ditemukan seorang mujahid yang gagah berani keluar berjihad fi sabilillah, tapi ia merasa berat dan tak mampu mengalahkan bisikan dirinya dalam urusan infak fi sabilillah. Sebabnya, karena syetan membisikkan dalam diri seorang mujahid tadi supaya ia tidak berinfak fi sabilillah. Syetan berkata kepadanya, "Jika engkau kembali dari jihad engkau sudah tak punya uang, padahal saat itu kamu menanggung luka dan sakit. Engkau pulang dalam kondisi fakir yang tak punya apa-apa. Tidak ada harta yang bersamamu. Maka siapkan hartamu untuk nanti saat engkau kembali."
Mujahid yang masih cinta kembali ke dunia dan membenci kesyahidan pasti akan menyambut seruan syetan ini. Jika ia menguatkan tekad untuk mendapatkan kesyahidan dengan sejujur-jujurnya, pastilah ia tak akan berpikir untuk pulang dan memikirkan kondisinya sesudah kembali ke rumahnya. Oleh karena itu, teladan para salaf apabila sudah berhadapan dengan musuh maka mereka memecahkan tempat pedangnya. Hal ini untuk menguatkan tekadnya untuk tidak pulang karena kuatnya kerinduan dalam hatinya untuk meraih kesyahidan, rindu berjumpa dengan Tuhannya, berkumpul dengan manusia-manusia mulia, serta singgah di surga Allah yang penuh kenikmatan.
Dikisahkan perjalanan seorang salaf yang sedang berjihad. Apabila dua pasukan sudah berhadapan dan masing-masing siap menyerang, syetan datang kepadanya mengingatkan istrinya dengan segenap kebaikan dan kecantikannya, sehingga menimbulkan kerinduan kepada istrinya dan tak mau berpisah dengannya. Syetan juga membisikkan akan anak-anaknya yang menyenangkan sehingga ia tak mau mereka menjadi yatim. Syetan juga mengingatkan akan bisnis dan harta yang sudah dikumpulkannya. Sehingga hampir-hampir membuatnya menjadi pengecut dan ingin kabur dari peperangan. Maka pada saat itu datangkan pertolongan dan keteguhan dari Allah yang Maha kuat lagi Perkasa. Kemudian ia berkata kepada dirinya: Wahai jiwa, jika engkau kabur dari peperangan maka istrimu tertalak karenanya, budak-budakmu menjadi merdeka, dan seluruh hartamu sebagai sedekah untuk fakir dan miskin! Masihkah engkau ingin hidup dengan kemiskinan dan berpisah dengan istrimu?
Maka jiwanya menjawab, "Aku tidak suka pulang."
Kemudian ia berkata, "Kalau begitu, majulah engkau berjihad!"
Bisa jadi syetan menanamkan rasa was-was dalam hati seorang mujahid, "Engkau akan terbunuh, maka anak-anakmu akan menjadi fakir dan istrimu menjadi pengemis. Maka tinggalkan harta untuk mereka, jangan enkau infakkan. Cukuplah kematianmu itu menjadi musibah bagi mereka."
Orang yang tak memiliki keyakinan mantap kepada Tuhannya pasti akan menuruti bisikan ini. Ia menjadi ragu dengan jaminan Allah terhadap rizki para hamba-Nya dan memenuhi kebutuhan mereka. Maka bagi Mukmin Mujahid wajib berkeyakinan, ia hanya sarana yang Allah adakan untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya dalam urusan rizki. Ia tak punya kuasa menjamin rizki untuk mereka walau sekecil biji sawi. Kenapa ia ambil pusing berlebih dalam urusan rizki mereka saat masih hidup dan sesudah mati. (Lihat: Tahdhib Kitab Masyari' al-Asywaq: 116-117)
. . . Tidak sedikit ditemukan seorang mujahid yang gagah berani keluar berjihad fi sabilillah, tapi ia merasa berat dan tak mampu mengalahkan bisikan dirinya dalam urusan infak fi sabilillah.
Sebabnya, karena syetan membisikkan dalam diri seorang mujahid tadi, supaya ia tidak berinfak fi sabilillah. . . .
Semoga Allah limpahkan keyakinan yang mantap dalam diri kita dalam menapaki perintah-perintah-Nya, khususnya jihad dan perjuangan Islam. Menolong dan menguatkan kita dalam menghadapi bisikan dan was-was syetan yang menyeru kepada perbuatan keji, munkar, dan bakhil dalam berinfak. Sesungguhnya Allah adalah penolong kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
READ MORE - Ringan Pergi Berjihad, Tapi Berat Mengeluarkan Infak

Semangat Jihad Harus Terus Berkobar!



Oleh: Badrul Tamam          
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Konspirasi musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin akan terus berlanjut. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk memerangi umat Islam. Tidak ada barang sesaat mereka berhenti. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan Allah Ta'ala dalam firman-Nya,
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS. Al-Baqarah: 217),
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna kalimat sebelumnya, "Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh," Yakni: Sungguh mereka menimpakan fitnah kepada seorang muslim dalam agamanya sehingga memurtadkan mereka kepada kekafiran setelah beriman, maka itu lebih besar di sisi Allah daripada membunuh." Kemudian beliau menyebutkan: "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." Maksunya: Kemudian mereka melakukan yang lebih buruk dan besar dosanya, mereka tidak bertaubat dan tidak pula berhenti."
Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di berkata tentang tafsir ayat di atas, "Kemudian Allah Ta'ala mengabarkan bahwa mereka akan terus memerangi kaum mukminin. Misi mereka bukan untuk mengambil harta kaum mukminin dan membunuh mereka. Sesungguhnya misi mereka adalah untuk mengeluarkan kaum mukminin dari agama mereka lalu menjadi kafir sesudah beriman sehingga mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka akan mengerahkan kemampuan mereka untuk semua itu, melakukan apa yang bisa dilakukan, "dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai"."
Beliau melanjutkan, "Sifat ini berlaku umum bagi setiap orang kafir, mereka tidak henti-hentinya memerangi golongan di luar mereka sehingga memurtadkan dari agama mereka. Khususnya Ahli kitab  dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang telah mendirikan organisasi-organisasi, menyebar misionaris, menempatkan para dokter, mendirikan sekolahan-sekolahan untuk menarik umat kepada agama mereka, membuat berbagai propaganda untuk menanamkan keraguan dalam diri mereka akan kebenaran agama mereka (Islam)."
Jika demikian halnya, maka bagaimana jika semangat jihad meredup sementara semangat permusuhan kafirin terus berlanjut?
. . . musuh-musuh Islam juga akan memanfaatkan media untuk menyerang Islam, termasuk di dalamnya kegiatan jurnalistik.
Oleh sebab itu, para Ansharullah dan mujahidin harus pula mahir dalam bidang ini untuk menangkal dan menghadapi konspirasi mereka. . .
Allah mengabarkan konspirasi lain dari kaum kuffar, mereka terus bekerja menghalangi dari jalan Allah dan membikin gerakan menyimpang dari Islam. Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?" Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Ali Imran: 99-100) Karenanya,  semangat tidak boleh pudar, harus terus terjaga. Jika tidak mampu atau belum tepat waktu menyempurnakan jihad secara langsung sesuai tuntutan Syariat, maka kita harus terus menjaga ruh jihad.
Berbagai jalan akan ditempuh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan agama Allah. Berbagai tipu daya akan dilakukan untuk memadamkan cahayanya. Salah satunya yang disebutkan Al-Qur'an adalah dengan mulut mereka, contohnya melalui corong-corong media. Maka sesuatu yang wajb kita sadari bahwa musuh-musuh Islam juga akan memanfaatkan media untuk menyerang Islam, termasuk di dalamnya kegiatan jurnalistik. Oleh sebab itu, para Ansharullah dan mujahidin harus pula mahir dalam bidang ini untuk menangkal dan menghadapi konspirasi mereka.
Allah Ta'ala berfirman,
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ   
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (QS. Al-Taubah: 32)
Ayat lain yang menguatkan hal ini,
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (QS. Ali Imran: 186)
Jika kita perhatikan, kebanyakan media di zaman sekarang dikuasi oleh orang-orang kafir dan pendukungnya dari kalangan munafikin. Maka wajar jika sekarang kita saksikan mayoritas media massa berisi kebencian terhadap Islam, menghina ajaran Islam, memojokkan kaum muslimin, mengidentikan jihad dengan teror, menyematkan gelar-gelar jahat kepada aktifis jihad, dan semisalnya. Dan lebih miris lagi masyarakat muslim dicekokin atau digiring pada kesimpulan miring tentang Islam lalu mereka menerima mentah-mentah tanpa melakukan crosscek. Maka sungguh berjuang di zaman ini sangat-sangat membutuhkan kesabaran dan ketakwaan yang tinggi, "Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan."
Kebencian kafir melaui media massa juga ditunjukkan oleh firman Allah Ta'ala, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi." (QS. Ali Imran: 118).
Seharusnya, jika mampu, kita wajib melawan berbagai konspirasi tersebut, dan menghancurkannya. Namun apa daya, umat dalam kondisi lemah. Mujahidin hanya memiliki kemampuan terbatas dalam bidang media massa ini. Kesabaran terus ditingkatkan, di antaranya terus menjaga ruh berjihad melalui media.
. . . Mujahidin hanya memiliki kemampuan terbatas dalam bidang media massa ini. Kesabaran terus ditingkatkan, di antaranya terus menjaga ruh berjihad melalui media. . .
Tips Menjaga Semangat Jihad
Merubah mindset tentang dunia dan akhirat; menjadikan akhirat sebagai kehidupan sesungguhnya. Dunia hanya menyertainya saja, tidak boleh menjadi tujuan.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada para sahabatnya saat menggali parit pada perang Ahzab,
اللهم إن العيش عيش الآخره . فاغفر للأنصار والمهاجره
"Ya Allah, sesungghnya kehidupan itu adalah kehidupan akhirat. Maka berilah ampunan untuk kaum Anshar dan Muhajirin." (HR. Al-Bukhari) Maknanya: Ya Allah sesungguhnya kehidupan yang kami cari dan abadi adalah kehidupan akhirat.
. . . Karena orientasi duniawi akan melemahkan semangat jihad. . .
Kenapa kita harus meluruskan mindset ini? Karena orientasi duniawi akan melemahkan semangat jihad. Perlu kita ingat, jika kita mendapatkan kenikmatan dunia atau sengsara itu hanya sekitar 60 -70 tahun saja, sedikit yang melewatinya. Namun jika salah mengkalkulasi kehidupan akhirat, maka kerugiannya dahsyat, 1 hari di akhriat seperti 50 ribu tahun di dunia. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
READ MORE - Semangat Jihad Harus Terus Berkobar!

Tidak Ada Amal yang Bisa Menandingi Jihad



Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi yang menjadi rahmat bagi semesta alam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Allah menjadikan jihad Fi Sabilillah dengan harta dan jiwa sebagai harga yang pantas untuk memperoleh surga. Karena tidak ada amal yang lebih membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan besar melebihi jihad. Di mana seorang mujahid menyerahkan nyawa dan hartanya demi tingginya kalimat Allah dan tegak agama-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 111)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ () تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ () يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ () وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Shaff: 10-13)
Menjawab pertanyaan Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu perihal amal yang memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kepadanya puncak amal Islam, yakni jihad fi sabilillah.
رَأسُ الأمْرِ الإسلامُ ، وعَمُودُه الصَّلاةُ ، وذِرْوَةُ سَنامِهِ الجهاد
"Pokok urusan adalah Islam, tiangnya itu shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad." (HR. Al-Tirmidzi)
Dalam redaksi lainnya, Muadz bin Jabal mengatakan, "Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada perang Tabuk, lalu beliau bersabda: "Jika kamu mau akan kuberitahukan kepadamu tentang pokok urusan, tiangnya, dan puncaknya?" Aku menjawab, "Tentu saja mau wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Adapun pokok urusan adalah Islam. Sementara tiangnya adalah shalah. Sedangkan puncaknya adalah jihad."
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan Islam dengan seekor unta. Karena unta merupakan kendaraan yang bisa menghantarkan seseorang ke tempat yang dikehendakinya. Begitu juga Islam, ia menghantarkan seorang muslim dalam perjalanan duniawi kepada tempat yang terindah yang ditujunya, yakni surga. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kepala unta dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan hampir setiap orang memungkinkan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagaimana seseorang bisa mencapai kepala unta dengan memegang atau melihatnya. Hal ini berbeda dengan jihad yang diserupakan dengan punuk unta, bagian tertinggi darinya. Tidak setiap orang bisa sampai kepadanya kecuali orang yang tinggi. Begitu juga jihad tidak direngkuh kecuali oleh orang mukmin yang utama.
Makna lain diserupakannya jihad dengan punuk unta, karena ia adalah bagian tertinggi dari unta. Tak ada anggota badan unta yang sepadan tingginya dengan punuknya. Begitu juga jihad, tak ada amal dalam Islam yang sepadan dengannya.
Bisa juga dipahami, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan jihad dengan punuk unta karena siapa yang sampai di atas punuk unta maka ia telah menguasai seluruh anggota tubuh unta tersebut dan mengendalikannya. Begitu juga jihad, siapa yang telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah telah memberikan kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini dikarenakan seorang mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya, perjalannya, capek dan lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap gerakannya. Sehingga tepatlah jawaban Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada seseorang yang bertanya kepadanya perihal amal yang bisa menandingi jihad, "Aku tidak mendapatkannya."
Dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku satu amal yang menyamai jihad?’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak mendapatkannya.’ Beliau bersabda lagi, ‘Apakah kamu sanggup, apabila seorang mujahid keluar lalu kamu masuk ke dalam masjidmu kemudian kamu shalat tanpa berhenti dan berpuasa tanpa berbuka?! Ia menjawab, ‘Siapa yang sanggup melakukan itu wahai Rasulallah?’" (HR. al-Bukhari)
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Wahai Rasulullah, Amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi Sabilillah?” beliau menjawab, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Mereka (para sahabat) mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan  jawaban beliau atas setiap pertanyaan itu sama, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya." Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
"Perumpamaan seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang berpuasa yang  mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah Ta’ala pulang." (Muttafaq 'Alaih)
. . . Siapa yang telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah telah memberikan kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini dikarenakan seorang mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya, perjalannya, capek dan lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap gerakannya.
Subhanallah!! Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang suatu amal yang bisa menyamai/menyerupai jihad dalam pahalanya. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, bahwa kalian tak akan sanggup mengerjakan amal yang menyamai jihad. Merasa tidak puas, mereka mengulangi pertanyaan tadi. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab dengan jawaban yang sama. Lalu beliau menerangkan alasannya, bahwa perumpamaan seseorang yang sedang berjihad itu seperti orang yang beribadah kepada Allah; ia puasa di siang harinya dan tak pernah berbuka, berdiri shalat pada malam harinya tanpa capek dan melemah. Sehingga dari sini para sahabat Radhiyallahu 'Anhum tahu, kenapa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada mereka: "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnu al-Hajar rahimahullah berkata dalam mengomentari hadits di atas, "Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kondisi orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang tak berhenti barang sesaat dari beribadah sehingga pahalanya terus mengalir. Begitu juga seorang mujahid tidak menyia-nyiakan dari waktunya tanpa pahala." (Dinukil dari Fath al-Baari)
Imam al-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim berkata, "Makna al-Qanith di sini adalah al-Muthi' (orang yang taat). Dan dalam hadits ini diterangkan agungnya keutamaan jihad. Karena shalat, puasa, dan membaca ayat-ayat Allah adalah amal-amal yang paling utama. Dan beliau menjadikan seorang mujahid seperti orang yang tak terputus sebentar saja dari semua itu. Dan sudah maklum, tak seorangpun yang mampu melakukannya. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnul Hajar rahimahullah berkata lagi, "Ini merupakan keutamaan nyata bagi seorang mujahid Fi Sabilillah yang menuntut tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam Islam) yang menandingi jihad." (Fathul Baari: 6/7)
Al-Qadhi 'Iyadh rahimahullah berkata: hadits bab ini menerangkan keagungan urusan jihad, karena puasa dan selainnya yang telah disebutkan sebagai bagian dari Fadhail A'mal telah disamai oleh jihad sehingga semua keadaan seorang mujahid dan aktifitasnya yang mubah menyamai pahala orang yang semangat dalam shalat dan lainnya. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Laa Tastathii'u Dzalika (kalian tidak akan sanggup mengerjakannya)." (Dinukil adri Fath al-Baari: VI/5)
. . . tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam Islam) yang menandingi jihad . . .
Bagaimana keutamaan ini tidak direngkuh oleh mujahid, padahal Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kondisinya sepertri orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang setiap saat mengalir pahalanya dalam setiap gerakan dan diamnya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
READ MORE - Tidak Ada Amal yang Bisa Menandingi Jihad

Cara Menghilangkan Tulisan Tampilkan Posting Dengan Label

Rabu, 30 Mei 2012

Untuk cara nya langsung saja lihat di bawah :

   Pastinya kalian sudah login di blog
   Pilih/klik Template
   Klik Edit HTML centang Expand Template widget
   Cari kode di bawah ini :


  

   <b:includable id='status-message'>

   <b:if cond='data:navMessage'>

   <div class='status-msg-wrap'>

   <div class='status-msg-body'>

   <data:navMessage/>

   </div>

   <div class='status-msg-border'>

   <div class='status-msg-bg'>

   <div class='status-msg-hidden'><data:navMessage/><
   /div>
   </div>
   </div>
   </div>
   <div style='clear: both;'/>
   </b:if>
   </b:includable>

Bila sudah ketemu, hapus semua kode tersebut dan gantikan dengan kode di bawah ini :

<b:includable id='status-message'>
<b:if cond='data:navMessage'>
<div>
</div>
<div style='clear: both;'/>
</b:if>
</b:includable>

Terakhir save template. Selamat mencoba semoga bermanfaat.
READ MORE - Cara Menghilangkan Tulisan Tampilkan Posting Dengan Label

Kristenisasi di Indonesia dan Rekayasa Snouck Hurgronje Oleh Hartono Ahmad Jaiz*

 Kemenangan partai agama (Kristen) pada pemilihan di Belanda tahun 1901 merubah wajah politik di sana. Partai Liberal --yang telah menguasai politik selama 50 tahun-- kehilangan kekuasaannya; sedangkan golongan agama semakin kuat dan membawa pemerintahan ke prisnsip Kristen. Pidato tahunan raja pada bulan September 1901 --yang menggambarkan jiwa Kristen --menyatakan mempunyai kewajiban etis dan tanggung jawab moral kepada rakyat  Hindia Belanda (Nusantara), yakni memberikan bantuan lebih banyak kepada penyebaran agama Kristen. Dukungan terhadap kristenisasi Hindia Belanda dipertegas, sejalan dengan politik hutang budi yang dicanangkan.[1]
    Snouck Horgronje Contoh Nyata
Snouck Hurgrunje bermaksud menukar Islam dengan kebudayaan Eropa, sehingga upaya kepentingan politik dan agama  (Kristen) menjadi gampang.
   “To bring about a cultural  unity string enough to void the difference of religious denomination from its political and social significance.”
    (Menjadikan ikatan kesatuan budaya dapat melenyapkan perbedaan agama dari kepentingan politik dan kemasyarakatan).[2]
    Taktik Penjajah Belanda
    Munculnya para orientalis Belanda itu perlu disimak pula latar belakang politik penjajah Belanda yang menguasai Indonesia selama tiga setengah abad. Dr Aqib Suminto menggambarkan strategi penjajah Belanda, di antaranya diungkapkan sebagai berikut:
    Usaha Belanda untuk mengkonsolidasi kekuatannya mendapat perlawanan dari raja-raja Islam, dan di tingkat desa, dari para guru serta ulama Islam. Meskipun Belanda berhasil mengontrol sebagian besar daerah Nusantara yang ditaklukkannya, namun Islam tetap melebarkan sayapnya; bahkan sejak abad ke-19 Islam mendapatkan daya dorong, berkat semakin meningkatnya hubungan dengan Timur Tengah.[3]
Kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam menangani masalah Islam ini, sering disebut dengan istilah Islam Politiek, dimana Prof Snouck Hurgronje dipandang sebagai peletak dasarnya. Sebelum itu kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda terhadap Islam hanya berdasarkan rasa takut dan tidak mau ikut campur, karena Belanda belum banyak menguasai masalah Islam.
    Berkat pengalamannya di Timur Tengah dan Aceh, Snouck Hurgronje, sarjana sastra Smith yang mempunyai andil sangat besar dalam penyelesaian perang Aceh ini kemudian berhasil menemukan suatu pola dasar bagi kebijaksanaan menghadapi Islam di Indonesia.[4]
   Siapa Snouck Hurgronje Itu?
    Christian Snouck Hurgronje lahir pada tahun 1857. Ayahnya seorang pendeta. Dia belajar teologi dari guru Taurat, Abraham Kuenen, kemudian mulai belajar bahasa Arab dan Islam pada M J de Goeje. Atas bimbingan de Goeje, dia berhasil menyusun disertasi Het Mekkaansche Feast (Berhaji ke Makkah) pada tahun 1880. Ketika dilangsungkan konferensi para orientalis di Leiden pada tahun 1883, hadir pula Amin Al-Madani Al-Halwani yang membawa sekumpulan manuskrip berharga dan menjualnya kepada penerbit  E.J. Brill. Beberapa bagian manuskrip dibeli oleh Universitas Leiden. Pada konferensi itu, Snouck Hurgronje berkenalan dengan Amin Al-Madani. Setelah Amin Al-Madani menulis kesan-kesannya tentang konferensi itu dalam surat kabar Al-Burhan terbitan Kairo, Snouck segera menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab (Belanda?, pen). Setelah konferensi itu, Amin bin Hasan Al-Halwani Al-Madani berangkat ke India tempat menerbitkan buku al-Qurb fi mahabbat al- Arab (Pendekatan dalam mencintai orang-orang Arab) oleh Abdur  Rahim Al-Iraqi pada bulan Shafar 1302H (1884M).  Dia menyebut dirinya sebagai guru di Raudhatul Muthahharah. Setahun setelah konferensi orientalis itu, Snouck dengan ditemani Konsul Belanda, Kruyt, berangkat ke Jeddah. Pertanyaan yang muncul ialah apakah ada hubungan antara perkenalan Snouck Hurgronje dan Amin Al-Madani dengan keberangkatan  Snouck ke Jeddah, kemudian pernyataan masuk Islamnya dan masuknya ke Makkah al-Mukarromah.
    Sebahagian besar surat  pribadinya masih tertutup bagi para  peneliti berdasarkan wasiat puterinya sampai tahun 1894. Jadi, jawaban pertanyaan tadi masih sangat tergantung pada orang lain. Namun demikian, mungkin sekali Amin Al-Madani sudah melapangkan jalan bagi Snouck Hurgronje untuk memasuki Makkah Al-Mukarramah. Data sejarah menyebutkan bahwa Snouck menyatakan Islam di hadapan orang banyak dan saksi-saksi secara tipu muslihat. Dia terus memainkan peran di tengah kaum Muslimin Makkah, kemudian di Indonesia selama hidupnya. Menurut responden yang dapat dipercaya dari Indonesia disebutkan bahwa Snouck menipu seorang camat dengan pengakuan keislamannya dan mengawini puteri camat itu. Dari isterinya dia memperoleh beberapa orang anak dan yang sulung bekerja pada satu jabatan penting dalam kepolisian di Indonesia. Kami yakin akan kebenaran informasi itu ketika bertemu seorang cucu Snouck secara pribadi dengan ditemani  Sjord  van Koningsveld di Leiden. Tidak ada keraguan bahwa Snouck pandai memainkan peran di hadapan isteri dan anak-anaknya, seperti kepandaiannya memainkan peran di tengah kebanyakan umat Islam yang menganugerahkan kepadanya kecintaan lalu dikhianatinya sendiri.[5]
   Snouck menetap selama enam setengah bulan di Makkah dengan memakai nama Abdul Ghaffar. Dia mendatangi majelis-majelis ulama dan kiyai-kiyai pemimpin pengajian hingga dia berhasil menjalin hubungan erat dengan banyak ulama Makkah dan sejumlah ulama dari Jawa, Sumatera, dan Aceh yang berdatangan ke Makkah, khususnya kepada Syekh Makkah dan muftinya, Syekhnya para ulama, Ahmad bin Zaini Dahlan. Tampaknya, Syekh yang baik membolehkan kepadanya atau membekalinya surat rekomendasi-rekomendasi agar rencana Snouck menjadi lebih sempurna dalam membuka jalan di Indonesia, khususnya di daerah Aceh yang memberontak terhadap pemerintah Belanda. Dia juga menjalin hubungan baik dengan Habib Abdur Rahman al-Zahir  yang tampaknya berambisi agar dijadikan Sultan oleh Belanda untuk daerah Aceh. Gagasannya tentang cara terbaik untuk menghancurkan pemberontakan kaum muslimin di Aceh disampaikan kepada Konsul Belanda, Kruyt, dan Snouck Hurgronje. Untuk mencapai tujuan itu, dia memberatkan pemerintah Belanda, tetapi akhirnya dia merasa puas dengan gaji besar yang diperolehnya dari Konsulat Belanda di Jeddah seumur hidupnya. Jadi, tidak aneh jika kaum muslimin di Aceh mengecap Habib Abdur Rahman al- Zahir dan Snouck Hurgronje sebagai pengkhianat hingga sekarang ini.[6]
   Hubungan Snouck dengan Missi Kristen dan Penyamarannya
   Adapun hubungan Snouck dengan misi kristenisasi, kembali pada asal usul lingkungan kelahirannya sendiri pada masa dia hidup dan belajar, serta fakultas tempat dia menimba ilmu. Dia adalah putra penganut gereja Protestan Calvinisme yang terkenal akan ajaran-ajaran  dan kekerasan teologinya, kemudian belajar teologi pada fakultas yang didirikan khusus untuk menyiapkan  para pendeta. Dia hidup pada masa Eropa menguasai sebahagian besar penduduk dunia, termasuk di dalamnya kaum Muslimin. Dia belajar bahasa Arab pada de Goeje, ilmuwan ulung yang memiliki sikap ilmiah obyektif dan mentalitas mulia, serta kesungguhan luar biasa dalam penelitian dan penerbitannya. Kenyataan itu menonjol pada muridnya, Van Fluton (w. 1902), dan keilmiahannya pada teks-teks yang diterbitkannya Miftah al-’Ulum oleh Al-Khawarizmi serta  Al-Mahasin wa Al-Adhdan yang dinisbahkan kepada Al-Jahiz dan lain-lain.[7]
     Sikap Snouck terhadap Islam, Ulama, dan Muslimin 
   Fakta sejarah menunjukkan kedustaan Snaouck Hurgronje dan rencana penyamarannya itu bukan tidak mungkin menunjukkan bahwa masuk Islamnya di Jeddah serta hubungannya dengan orang-orang Aceh di Mekkah al-Mukarramah pun termasuk perbuatan pura-puranya. Namun, dusta tersebut telah memberinya jalan memasuki daerah Aceh, tempat dia akan mengumpulkan informasi-informasi yang dapat memberi saham dalam mewujudkan pemecahan masalah atas daerah Aceh bagi Belanda. Untuk itu Snouck Hurgronje menerima pekerjaan di Batavia.
   Dalam perjalanan mata-matanya itu, orang-orang Aceh, termasuk beberapa ulama, menaruh kepercayaan penuh kepadanya. Mereka memberi sambutan hangat dan menerima kedatangannya. Laporan-laporannya (kepada pemerintah Belanda, pen) berisi kebencian, dendam, pemutarbalikan, dan kebohongan, khususnya terhadap para ulama yang dianggap sebagai kendala penghambat tunduknya daerah Aceh kepada pemerintah Belanda. Para ulama merupakan motor penggerak spitritual masyarakat dalam membela daerah itu sehingga di dalam laporan-laporan spionasenya, para ulama itu berpuluh-puluh kali dijuluki gerombolan ulama. Selain itu, diapun menyampaikan usul kepada pemerintah kolonial untuk menempuh cara politik kekerasan dan penumpasan terhadap para ulama dengan menyatakan:
   “Sesungguhnya musuh utama dan yang giat adalah para ulama dan para petualang yang menyusun gerombolan-gerombolan yang kuat. Sekalipun jumlah mereka sedikit dan tumbuh di antara lapisan-lapisan masyarakat yang bermacam-macam, mereka mendapat tambahan dari sebagian penduduk dan pemimpin-pemimpinnya. Tidak mungkin akan diperoleh manfaat dalam perundingan dengan partai musuh ini karena akidah dan kepentingan pribadi mereka mengharuskan mereka untuk tidak tunduk, kecuali dengan penggunaan kekerasan terhadap mereka. Sesungguhnya persyaratan yang paling mendasar untuk mengembalikan peraturan di daerah Aceh haruslah mengkaunter para ulama dengan kekerasan sehingga ‘ketakutan’ menjadi faktor yang menghalangi orang-orang Aceh untuk bergabung dengan pemimpin-pemimpin gerombolan agar terhindar dari bahaya. Menurut pendapat saya, mesti dipersiapkan rencana mata-mata yang efektif dan terorganisasi untuk memata-matai Tuanku Kuta Karang (pemimpin ulama pada tahun 1892) dan gerombolannya. Pasti akan ada hasil awalnya. Biarpun saya tidak mampu menjelaskan seluruh rinciannya, namun saya berani berkata bahwa pekerjaan mata-mata itu adalah suatu kemungkinan.” [8]                    
     Demikianlah faktanya. Snouck telah melibatkan dirinya untuk kepentingan penjajahan dengan bukti pernyataan dan laporannya kepada Jendral Van Houts untuk memerangi kaum muslimin di seluruh wilayah jajahan Belanda. Dengan kata lain ia mengusulkan untuk menggunakan kekerasan dalam menumpas kaum muslimin. Karena itu Jendral tadi mendapat julukan “pedang Snouck yang ampuh” karena keberhasilannya dalam memerangi umat Islam.
   Di samping itu Snouck Hurgronya juga banyak membantu dalam pembinaan kader missionaris Belanda dan membuka sekolahan untuk mengkristenkan muslimin di seluruh wilayah jajahannya.
   Terdapat fakta lain pula bahwa seorang tokoh missionaris kondang dan sangat disegani di kalangan kaum orientalis yang bernama Hendrick Kraemer adalah murid Snouck Hurgronje, dari tahun 1921 hingga tahun 1935. Hubungan di antara guru dan murid terus berkesinambungan tanpa putus. Snouck Hurgronje wafat pada tahun 1936.[9]
   Dr Van Koningsveled  berkata: “Tidak terputus surat menyurat antara Snouck Hurgronje dan muridnya, Hendrik Kraemer, misisionaris terkenal dan berpengaruh dalam lingkungan  aktivis kristenisasi dari tahun 1921 sampai dengan 1935. Menurut penjelasan Boland, buku Hendrik Kraemer, Misi Kristen di Dunia Non Kristen[10]  mengungkapkan dengan jelas bahwa orang-orang Kristen mempunyai rencana untuk mengkristenkan dunia, khususnya Indonesia. Mereka bertujuan menundukkan dunia Islam.[11] Bahkan, Kraemer membandingkan Islam dengan Nazi.[12]
      Snouck dan Kristenisasi di Indonesia
    Meskipun data dan fakta sejarah telah jelas seperti tersebut di atas, namun di Indonesia sendiri pernah terjadi semacam kegoncangan di kalangan umat Islam yang banyak memperhatikan seluk beluk nasib ummat. Pada tahun 1985 Prof Dr HM Rasjidi yang dikenal sangat vokal terhadap pemikiran Barat walaupun beliau alumni Barat, dan vokal pula dalam hal kristenisasi, namun justru beliau jelas-jelas mengemukakan bahwa Dr Christian Snouck Hurgronje itu teman umat Islam Indonesa. Beliau menyalahkan muslimin pada umumnya yang menganggap Snouck itu musuh, karena menurut beliau, Muslimin pada umumnya tidak membaca karya-karya orientalisme. Justru Snouck menurut HM Rasjidi, pernah berpolemik dengan anggota parlemen Belanda, karena Snouck tak membolehkan orang Islam di Indonesia untuk dikristenkan.
    Berikut ini pendapat HM Rasjidi yang dituangkan H Subagijo AN dalam biografi HM Rasjidi:
   Tiap kali Rasjidi mengamati kepribadian Massignon, tiap kali pula dia teringat tokoh di negaranya sendiri, Dr. Crhistian Snouck Hurgronje, seorang orientalis besar pada zamannya. Oleh kebanyakan orang di Indonesia, Snouck Hurgronje dianggap sebagai kaki tangan kaum imperalis; alat kaum penjajah; sehingga segala ulah dan sikapnya dinilai sangat menguntungkan kolonialis Belanda semata. Namun bagi Rasjidi figur Snouck Hurgronje justeru merupakan teman ummat Islam Indonesia. Penilaian keliru terhadap Snouck itu, menurut Rasjidi disebabkan karena pada umumnya orang belum pernah membaca buku-buku karya orientalis tadi secara lengkap dan teliti. Sebagai cendekiawan yang sudah membaca seluruh karya Snouck Hurgronje secara tuntas, Rasjidi sampai pada kesimpulan, bahwa doktor (Snouck Hurgronje) tersebut pada hakekatnya adalah teman ummat Islam Indonesia.
   Dr. Snouck, di kalangan orang Belanda sendiri dikenal sebagai seorang yang anti-zending dan anti-missi. Snouck pernah berpolemik dengan anggota parlemen Belanda yang menaruh simpati pada gereja. Ujar sang anggota parleman, “Kami ini tidak mengkristenkan orang Islam. Yang kami kristenkan adalah orang-orang Jawa yang tidak bersembahyang, Yang tidak membaca Al-Qur’an, yang hanya bisa mengucapkan syahadat  pada waktu akan nikah saja”.
   Ucapan itu ditanggapi Snouck dengan tegas jelas: “Kalau Anda sudah tahu bahwa orang Jawa mengaku Islam, itu sudah cukup. Bahwa mereka tidak mendirikan shalat, tidak paham bahasa Arab, itu sama sekali tidak mengurangi sifat keislamannya. Anda sendiri yang mengaku ummat kristen, apakah semua juga pernah membaca Injil? Dan juga pergi ke Gereja dengan teratur? Dan bila di dalam Injil disebutkan: Bila diminta bajunya, hendaknya Anda kasihkan jubahnya, apakah Anda pernah memberi jubah yang diminta orang lain?”
   Demikian antara lain polemik antara Dr. Snouck Hurgronje dengan anggota parlemen Belanda yang membawakan suara kaum gerejani.[13]                          
         (Komentar kami, penulis artikel ini): Apa yang dikemukakan Dr HM Rasjidi itu tidak bisa dijadikan landasan bahwa Snouck Hurgronje tidak menginginkan Umat Islam Indonesia jadi Kristen. Justru maksud dan tujuannya hampir sama dengan missionaris, hanya saja cara mengkristenkannya itu bukan lewat kristenisasi model missionaris, namun lewat  budaya, agar umat Islam tergiring tanpa terasa. Kalau model missionaris, menurut pandangan Snouck, justru  akan terjadi  reaksi dari umat Islam, hingga apa yang dituju yaitu  pengkristenan itu sendiri tidak akan tercapai.
     Cara yang ditempuh Snouck itu bisa dibuktikan dengan apa yang ditulis oleh para peneliti sebagai berikut.
    Deliar Noer menulis:
   Asosiasi sebagai kebijaksanaan yang diperjuangkan ilmuwan Belanda Christian Snouck Hurgronje, mendapat tempat hanya pada beberapa gelintir orang Belanda dan Indonesia saja terutama mereka yang berafiliasi dengan perkumpulan Nederlandsch Indische Vrijzinningen Bond (Kesatuan Kaum Liberal Hindia Belanda).[14]
    Lanjut Deliar, yang dipersoalkan oleh Snouck Hurgronje ialah bagaimana menghadapi soal Islam. Hal ini mudah difahami karena Islam telah memperlihatkan semangat perjuangannya di Indonesia dalam bentuk pemberontakan dan perlawanan terhadap penetrasi Belanda di berbagai wilayah negeri ini. Snouck Hurgronje mengamati bahwa walaupun Islam di Indonesia banyak tertutup oleh lapisan kepercayaan lain seperti kepercayaan animisme dan Hindu, orang-orang Islam di negeri ini pada waktu itu menganggap agama mereka sebagai alat pengikat yang kuat yang membedakan mereka dari orang-orang yang bukan Islam yang mereka anggap sebagai “orang asing”. Walaupun begitu, demikian Snouck Hurgronje, orang Islam di Indonesia lebih memperhatikan persoalan Islam sebagai agama dalam pengertian yang sempit (seperti perkawinan, hubungan keluarga, peraturan berkenaan dengan waris) sedangkan aspek politik dan sosial dari agama Islam kurang mendapat perhatian.[15]
Snouck Hurgronje menasehatkan pemerintah Belanda agar memberikan perhatian yang sangat kepada pendidikan dan pengajaran orang Islam Indonesia tanpa menghubungkannya dengan persoalan pengkristenan. Cara ini, katanya, akan “memajukan {meng-emansipasi}” mereka “dari sistem Islam”. Cara ini akan menyampaikan orang Indonesia untuk menerima kebudayaan Belanda, yaitu kebudayaan Barat, dan menumbuhkan pula pengertian yang lebih baik di antara mereka terhadap orang-orang Belanda.
     Katanya lagi, adalah dia dalam ”asosiasi penduduk pribumi dengan kebudayaan kita [Belanda] terletak pemecahan persoalan Islam”. Cara ini akan “menghapuskan perbedaan yang dijumpai dalam aspek politik dan sosial karena kepercayaan agama [yang berbeda]”.
      Hurgronje menambahkan lagi bahwa asosiasi itu akan”menghilangkan cita-cita pan-Islam dari segala kekuatannya.” Secara tak langsung cara tersebut akan bermanfaat bagi penyebaran agama Kristen sendiri, katanya lagi, sebab pelaksanaan politik asosiasi itu akhirnya akan memudahkan pekerjaan missi, oleh sebab missi akan “dapat lebih menumbuhkan pengertian pada kalangan penduduk pribumi yang telah kena asosiasi itu terhadap mereka.”[16]
       Tetapi Politik Etis tidaklah sesabar Snouck Hurgronje dalam hal pengkristenan. Politik Etis tidak mengendurkan kegiatan missionaris agar memberi jalan bagi proses asosiasi seperti yang disarankan ilmuwan Belanda tersebut. Dalam hubungan ini pernyataan kerajaan Belanda dalam tahun 1901 yang memperkenalkan Politik Etis itu merupakan suatu bukti nyata:
       Sebagai bangsa Kristen, Belanda mempunyai kewajiban untuk memperbaiki keadaan orang-orang Kristen pribumi di daerah kepulauan Nusantara, memberikan bantuan lebih banyak kepada kegiatan missi Kristen, dan memberikan penerangan kepada segenap petugas bahwa Belanda mempunyai kewajiban moril terhadap penduduk wilayah itu.[17]
   Jadi persoalannya jelas, bukan karena  Snouck tak membolehkan pengkristenan umat Islam di Indonesia, namun hanya beda cara antara Snouck dengan pemerintahan penjajah Belanda. Sedangkan missionaris pun didatangkan secara resmi oleh pemerintahan Belanda, ditambah pula dana yang jauh sangat berlipat-lipat dibanding terhadap Islam. Bisa disimak data berikut:
        
 Subsidi dalam tahun (jumlah f - Gulden)
-----------------------------------------------------------------------------------
Agama             1936       1937             1938              1939
------------------------------------------------------------------------------------
Protestan  686.100   683.200      696.100       844.000
Katolik    286.500   290.700      296,400         335.700
Islam       7.500     7.500            7,500             7.600
___________________________________________________________
Sumber: Staatsblad 1936: No. 355 hal 25, 26; 1937 No. 410, hal 25,26; 1938: No. 511, hal 27,28; 1939: No. 593, hal 32, dikutip Deliar Noer, hal 39.          
    Setelah tergambar bahwa pengkristenan Indonesia oleh Belanda itu memang disengaja oleh penjajah Belanda, dan sebenarnya didukung pula oleh penasihat ahlinya yaitu Snouck Hurgronje hanya saja beda cara, maka sikap Snouck itu akan tampak lebih jelas lagi dalam data dan kemudian pernyataan Snouck Hurgronje sendiri. Berikut ini data sejarahnya.
   Orientasi Snouck Hurgronje tampak jelas dalam bantahannya yang keras kepada Menteri Belanda, Lohman, dalam surat yang ditulisnya kepada menteri pada 19 Desember 1913. Surat-surat kabar memuat penjelasan menteri bahwa Snouck Hurgronje mendukung semboyan “Hindia Belanda untuk pengikut-pengikut Muhammad (orang-orang Islam)”. Snouck Hurgronje menulis hal berikut ini:
   “Saya amat bergembira sekiranya tanggung jawab kesalahpahaman ini terletak pada para redaktur suratkabar. Jika demikian, masalahnya menjadi mudah. Akan tetapi, jika yang terjadi ternyata para redaktur membuat tulisan itu berdasarkan ucapan Anda, maka saya bertanya kepada Anda dengan penuh sopan. Anda mesti memberitahukan saya, yang mana dari tulisan-tulisan saya yang tidak sedikit membahas Islam di Hindia Belanda yang membuat Anda salah paham tersebut? Barangkali Anda tidak tahu bahwa saya tanpa kepentingan pribadi, telah memberikan andil dalam pengkaderan para missionaris di Rotterdam. Karena ceramah-ceramah saya tentang Belanda dan Islam, saya menerima surat-surat penghargaan yang dikirim kepada saya secara langsung oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda, direktur Misi Kristenisasi, dan misionaris Adriani, dan dari Albert Kruyt, mantan Konsul di Jeddah. Mereka semua sudah menjalin hubungan persahabatan dengan saya sejak 25 tahun yang lalu. Karena itu, saya berhak menuntut agar jangan menilai kecuali pada apa yang saya katakan atau yang saya tulis sendiri. Yang saya inginkan, agar mereka yang tidak menguasai persoalan hendaklah berdiam diri dan tidak berbicara tentang saya, dan tentang pekerjaan saya dalam pertemuan-pertemuan orang banyak.” [18]
       Dari perasaan superioritas itulah, Snouck Hurgronje menyerang syariat, karena seperti para orientalis lain pada masanya, dia percaya bahwa “kebudayaan Eropa” tidak mungkin memberantas “orang-orang bodoh Muslim”, kecuali jika mereka melepaskan diri dari agama “reaksioner”. Karena itu, dia tidak bersemangat atas pengiriman misi pekabaran Injil. Pada waktu yang sama, dia tidak memberi perintah untuk melarang pengiriman misi ke   Hindia Belanda, kecuali jika mayoritas penduduknya menganut Islam, mereka diperintahkan menjalankan muslihat dan bujuk rayu. Di samping itu, dia pun menggalakkan pembukaan sekolah-sekolah  misi dengan harapan agar penganut Islam secara berangsur  beralih ke agama Kristen.[19]   
   
Penjelasan tambahan dan kesimpulan
    1. Orientalis secara garis besar ada tiga kategori:
a. mengabdi kepentingan penjajah,
b. menjalankan misi Kristen/ Katolik,
c. berupaya obyektif, tetapi ini sangat langka dan bahkan dimusuhi oleh dua kelompok lainnya.
  2.  Orientalis tradisional adalah yang mengabdi kepada penjajah dan kepentingan misi. Sehingga bila ada orientalis yang mau obyektif maka dipengaruhi bahkan dimusuhi oleh para orientalis tradisional itu.
     3. Christian Snouck Hurgronje adalah orientalis Belanda terkemuka akhir abad 19 dan abad 20 (w 1936) yang menjadi penasihat khusus kolonial Belanda urusan (Islam) di Hindia Belanda.
    4. Untuk kepentingan kolonial Belanda itu Snouck menyamar sebagai orang Islam dan masuk ke Makkah selama 6,5 bulan dengan nama samaran  Abdul Gaffar. Atas bantuan Raden Abu Bakar, bangsawan Indonesia di Jeddah, maka Snouck bisa menemui syekh-syekh di Makkah bahkan ulama tertinggi, Ahmad bin Zaini Dahlan. Atas bantuan Raden Abu Bakar itu Snouck mendapatkan rekomendasi dari Ahmad bin Zaini Dahlan, Mufti Makkah, untuk berhubungan dengan ulama-ulama di Jawa (Indonesia). Kepentingan itu tampaknya gayung bersambut, karena Mufti Makkah Ahmad bin Zaini Dahlan adalah orang yang paling keras menentang Wahabi bahkan memfatwakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab pendiri faham Wahabi sebagai Musailamah Al-Kaddzab baru, karena sama-sama dari Yamamah. Pengaruh Wahabi jangan sampai tumbuh di Jawa, maka rekomendasi untuk Snouck pun diberikan oleh Mufti Ahmad Zaini Dahlan demi memperlancar hubungannya dengan para ulama di Indonesia.
      5. Kelihaian Snouck di Aceh pun tak kurang “menguntungkan” bagi Belanda. Dengan adanya Snouck bisa mendekati Habib Abdur Rahman  Ad-Dhohir yang menginginkan jadi Sultan di Aceh, Snouck mampu mengorek rahasia-rahasia yang “dijual” oleh Habib itu tentang ulama dan umat Islam Aceh.
       6. Setelah Snouck mendapatkan rahasia akurat dari pengkhianat Aceh yaitu Habib Abdur Rahman tersebut, maka Snouck mengusulkan kepada pemerintah Belanda bahwa tidak ada jalan lain kecuali menghancurkan para ulama Aceh.
     7. Meskipun sebegitu tegasnya untuk menghancurkan ulama dan Muslimin Aceh, namun Snouck tidak setuju kalau kristenisasi di Indonesia itu memakai cara-cara yang dilakukan missionaris selama ini. Snouck menyarankan agar kristenisasi dilakukan secara pendekatan dan sosialisasi budaya Eropa/ Belanda. Dengan cara pendekatan budaya itu menurut Snouck, umat Islam Indonesia tidak bereaksi, dan bahkan nantinya mereka masuk Kristen dengan sendirinya.
     8. Ide dan cara yang diusulkan Snouck itu ditentang oleh pihak missionaris yang memang ditugaskan secara resmi oleh kerajaan Belanda ke Indonesia, sehingga terjadi polemik antara Snouck dengan anggota parlemen, dan bahkan Menteri Belanda, Lohman. menuduh Snouck  sebagai orang yang menghalangi kristenisasi di Indonesia.
          9. Tidak kurang dari itu, Prof  HM Rasjidi intelektual Indonesia yang dikenal anti kristenisasi pun bahkan menilai Snouck sebagai teman umat Islam Indonesia, karena Snouck tak membolehkan umat Islam ini dikristenkan Belanda.
        10. Apa yang difahami HM Rasjidi itu tidak mendasar, karena justru Snouck sendiri menolak keras tuduhan Menteri Belanda, Lohman, yang menganggap Snouck tak menyetujui Kristenisasi di Hindia Belanda. Hingga Snouck menunjukkan bukti-bukti kegigihannya membantu pengkaderan misi Kristen di Rotterdam, dan penghargaan terhadap dirinya langsung dari Gubernur Jendral di Hindia Belanda atas upaya missi yang diemban Snouck.
    11. Meskipun demikian, Snouck sendiri mencatatkan dirinya di buku Bevolingsregister te Leiden sebagai orang yang ‘tidak beragama’.
        Demikianlah sikap Christian  Snouck Hurgronje terhadap Islam dan Muslimin di Indonesia, selaku penasihat ahli pemerintah kolonial Belanda. Orang yang suka bermisal-misal tentang musang berbulu ayam, mungkin bisa mengatakan: Snouck itu saking pandainya berbulu ayam, maka mssionaris dan menteri Belanda menuduhnya sebagai ayam. Demikian pula Prof HM Rasjidi menganggap Snouck sebagai teman ayam. Tetapi Snouck sendiri mencak-mencak bahwa dirinya bukanlah ayam, tetapi pembina kader musang, dan mendapat penghargaan langsung dari Gubernur Jendral musang.

  • *Hartono Ahmad Jaiz penulis buku-buku Islam, pemimpin redaksi nahimunkar.com, tinggal di Jakarta.


[1] H Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta, 1985, h 20-21.
[2] Dr Qasim As-Samra’i, Al-Istisyraqu bainal Maudhu’iyati wal Ifti’aliyah, terjemahan Prof. Dr Syuhudi Isma’il dkk, Bukti-bukti Kebohongan Orientalis, GIP, Jakarta, cetakan pertama 1417H/ 1996M,  hl  139.
 [3] H Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta, cetakan pertama, 1985, hal  1-2, mengutip Harry J Benda, “Christian Snouck Hurgronje and the Foundations of Dutch Islamic Policy in Indonesia,”  dalam Contiunity and Change in Southeast  Asia, (Yale University, 1972), hal 83.
[4] Aqib Suminto, hal 2.
[5] Dr Qasim As-Samra’i, Op cit, hal  142-143.
[6] Ibid hal 143-144.
[7] Ibid hal 154.
[8] K. Van de Maaten, Snouck Hurgronje en de Atjeh Oorlog, Leiden, 1948, hal 95, dikutip Dr Qasim Assamurai, hal  158.
[9] Dr Ahmad Abdul Hamid Ghurab, ru’yah Islamiyyah lil Istisyraq, terjemahan AM Basalamah, Menyingkap Tabir Orientalisme, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta,  I, 1992,  hal 97-98.
[10] Hendrik Kraemer, the Crisitian Message in a non-Christian World, London, 1938, edisi kedua, 1947.

[11] B.J Boland, the Strugle of Islam in Modern Indonesia’s  Gravenhage, 1970, hal 236, dikutip Qasim Assamurai hal 164.
[12] Kraemer, op cit, hal 353, bandingkan Boland,  op cit,  hal 240, no 146, dikutip Qasim, ibid, hal 164.
 [13] Endang Basri Ananda (editor), 70 Tahun Prof. Dr. H.M Rasjidi, Harian Umum Pelita, Jakarta, 1985, hal.53-54 
[14] Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, cetakan II, 1985, hal 182, mengutip Pangeran Aria chmad Djajadiningrat,  Kenang-kenangan (Jakarta: Kolff-Buning/ Balai Pustaka, 1936), hal 385.
[15] Deliar Noer, hal  182-183, mengutip Hurgronje, Nederland en de Islam, edisi ke-2  (Leiden: E.J Brill, 1915), hal 59, 78.
[16] Hurgronje, ibid, hal 94, dikutip Deliar, hal 183.
[17] Deliar,  hal 183-184, mengutip Handelingen der Staten Generaal, Pidato kenegaraan Raja, 18 September 1901 sebagai dikutip oleh van der Kroef, JM va der,  Dutch Colonial Policy in Indonesia, hal. 53).
[18] Dr Qaim As-Samra’i, op. cit., hal 165-166, mengutip bagian-bagian surat Snouck Hurgronje kepada Menteri Lohman dari teks pidato van Koningsveld dengan izinnya.
[19] Dr qasim As-Samra’i, -- hal 168, mengutip Bevolkingsregister te Leiden.
READ MORE - Kristenisasi di Indonesia dan Rekayasa Snouck Hurgronje Oleh Hartono Ahmad Jaiz*

Pengalaman Hidup Seorang Mujahid asal Amerika di Abad ke-21

Artikel di bawah ini merupakan hasil terjemahan dari dokumen di Internet yang diedarkan oleh Al Malahem Media, sebuah sayap media Al Qaidah di Semenanjung Arab.
Artikel ini berisi kata pengantar dari pengelola Al Malahem dan dari seorang Mujahid asal Amerika yang menyeberang ke Yaman. Namanya Samir Khan.
Dokumen ini banyak dimuat di berbagai media Barat, dan menjadi perbincangan hangat di Twitter oleh para pengamat "Terorisme".

KATA PENGANTAR

Impian setiap Muslim adalah untuk bisa bergabung di garis depan medan Jihad. Setiap orang memiliki gambaran sendiri mengenai bagaimana kehidupan di medan Jihad. Gambarannya boleh jadi berbeda bagi satu Muslim dengan yang lainnya, namun gambaran itu tidak akan terlalu jauh berbeda bila dia telah terjun ke dalam kancah Jihad yang sebenarnya. Penulis dokumen ini benar-benar telah bergabung dalam Jihad, ada beberapa hal dalam dokumen ini yang tidak diungkapkan dengan cara tertentu jika penulisnya bukan berasal dari Barat.
Penulis ingin berbagi dengan saudara Muslim lainnya tentang sebuah pengalaman hidup seorang Mujahid di abad ke-21. Saat ini, intensitas perang pemikiran yang menyerang aqidah ummat telah mencapai kondisi kritis, dimana sebagian besar kaum Muslimin tidak mampu dan mau menghargai orang-orang yang berjuang membela prinsip dan kehormatan Islam dan umat Islam.
Dokumen ini menjadi bacaan wajib bagi kaum Muslimin dari Barat, sebab dokumen ini memuat informasi yang sangat berharga untuk memberi pemahaman yang sesuai akan pentingnya peran mereka di medan perang dan memberikan pandangan yang tepat sebagai acuan langkah berikutnya yang akan mereka pilih.
Di Semenanjung Arab, kondisi dan kebiasaan Mujahidin sedikit berbeda dengan apa yang dijelaskan dalam dokumen ini. Hal ini dikarenakan Mujahidin sedang memasuki kota Abyan saat ini, dimana Mujahidin berusaha untuk mengatur kehidupan kaum Muslimin setelah berhasil menerapkan syariat Allah di sebagian wilayah dan propinsi lainnya yang mulai dikuasai – Alhamdulillah Segala puji bagi Allah.
Samir Khan – penulis dokumen ini, telah syahid bersama Syeikh Anwar al-Awlaky yang menjadi sasaran pembunuhan oleh pesawat drone Amerika pada tanggal 30 September 2011. Kami memohon kepada Allah mudah-mudahan Allah menerima semua amal shalih mereka dan buah karyanya bermanfaat bagi ummat.
Al Malahem Media, Musim Semi 2012 M/1433 H

FULL EXPECTATION/SEPENUH HARAPAN
PENDAHULUAN:

Hidup di tengah-tengah para pahlawan Islam di Semenanjung Arab membuatku memahami bagaimana perang gerilya yang dilakukan oleh para Mujahidin. Sebelum benar-benar bergabung dengan perjalanan Jihad ini, aku selalu beranggapan bahwa sebagian besar waktu akan dihabiskan untuk berperang baik perang langsung maupun tidak langsung.
Kenyataan di lapangan tidak selalu demikian. Aku menyadari bahwa hidup bersama Mujahidin merupakan transformasi hidup dan kebiasaan seseorang menuju sesuatu yang selalu mendekat kepada ridho Allah. Dalam catatan yang aku tulis ini, aku hendak berbagi semua pengalaman indah itu.
Samir Z. Khan
KEBERSIHAN
Menjaga kebersihan sepanjang karir jihadi anda bukan dilihat dari banyaknya masalah yang mungkin muncul. Dalam beberapa kondisi mengharuskan anda tinggal di sebuah ruangan atau rumah yang sempit bersama dengan beberapa ikhwan. Untuk menghindari masalah, anda harus berinisiatif untuk membersihkan ruangan dengan teratur secara bergiliran dengan ikhwan lainnya.
Dalam kondisi ideal, terkadang memungkinkan untuk melakukan mandi sehari sekali, namun sering kali hal itu tidak mungkin dilakukan. Cadangan air menjadi satu kendala tersendiri di suatu tempat anda tinggal sementara. Oleh karena itu, anda harus lebih mengutamakan kepentingan sesama daripada diri sendiri. Gunakan air sehemat mungkin.

SELALU BERPINDAH TEMPAT

Sebagian besar waktu akan dihabiskan dalam perjalanan berpindah dari satu markas ke markas lain. Markas tersebar di seluruh wilayah. Beberapa aturan di sebagian besar markas adalah tidak mengijinkan perjalanan ke luar area markas, berbicara dengan suara pelan, menghentikan tembakan, dan tanpa telepon selular. Bahkan dalam beberapa kasus, semua peralatan listrik pun dilarang.
Perjalanan semacam ini dilakukan dalam kelompok kecil Mujahidin, dan ada kalanya dilakukan dengan jumlah yang besar. Saat tinggal di markas, manfaatkanlah waktu anda dengan sebaik-baiknya. Waktu cepat berlalu. Bila anda dapat berbicara dengan bahasa lokal, buat diri anda bermanfaat bagi Mujahidin lainnya. Bila anda sedang tidak bertugas, maka gunakan waktu anda untuk menghafal Quran and melakukan banyak ibadah.

Lamanya tinggal di markas tidak bisa ditentukan, bisa hanya dalam beberapa jam atau bahkan berbulan-bulan. Saya sarankan anda mencoba dan berlatih dahulu di rumah anda, di rumah kawan anda, di hotel atau penginapan, di gunung atau di masjid. Tinggal dengan penduduk lokal selama sepekan atau selama waktu yang anda sanggup bersama teman-teman anda. Jangan pergunakan perangkat elektronik; bahkan telepon selular hanya boleh dipergunakan untuk kondisi darurat. Anda harus tetap bersama penduduk lokal kecuali pada saat darurat saja.
Biasakan untuk membaca buku, menghafal Quran, mengamalkannya, berdzikir lebih lama, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya bersama kelompok anda, mengerjakan shalat-shalat sunnah, memperpanjang doa, berlatih, belajar manual militer, berlatih gerakan fisik dan teknik militer lainnya, memasak, mencuci pakaian, membersihkan tempat kamu tinggal, dan tetap menjaga kebersihan. Dan juga membiasakan untuk berbicara dengan suara pelan.
Membawa ransum yang cukup, hindari makan berlebihan untuk mencegah sakit perut. Dan yang terpenting, bawa obat-obatan seperlunya seperti untuk sakit kepala, demam, flu, sakit perut dan untuk gigitan serangga.
Melakukan I’tikaf di masjid merupakan cara berlatih terbaik, namun tidak memberikan pengaruh yang besar sebab I’tikaf dilakukan hanya sedikit ikhwan di tempat khusus dimana tidak banyak orang luar datang dan pergi sehari-harinya.

Anda akan menyadari betapa pentingnya waktu luang saat anda menghamburkannya. Jadi manfaatkan waktu luang anda dengan sebaik-baiknya. Setiap hembusan nafas dalam Jihad adalah berkah dari Allah dan bukan dalam aspek yang negatif. Misalnya di Iraq, ada sekelompok Mujahidin yang tetap berada di dalam sebuah rumah selama tiga bulan tanpa melakukan pertempuran sama sekali, meski perang merupakan kejadian harian yang aktif dan berlangsung panas di sana.
Ada pula seorang ikhwan dari Afghanistan yang menceritakan bahwa dia harus tetap tinggal di sana selama satu tahun penuh dengan hanya turut sekali dalam operasi. Semua ini bukan kasus khusus, namun inilah kondisi normal.
Tidak terlibat dalam pertempuran dalam jangka waktu yang lama merupakan hal biasa yang kami lalui. Itulah mengapa saya sarankan kepada ikhwan di Barat untuk melaksanakan Jihad di dalam negerinya sebab dia lebih leluasa untuk memutuskan kapan saat bertempur dan saat diam.
Di tanah Jihad, anda akan menikmati buah kesabaran. Tujuan dari segala bentuk latihan yang anda siapkan, bukan hanya untuk menghadapi situasi di dalam markas Mujahidin, namun lebih kepada kesiapan diri kita berpisah dari kemewahan dunia –dimana kita semua mudah tergoda dengannya.
team muslimdaily.net
Bersambung
READ MORE - Pengalaman Hidup Seorang Mujahid asal Amerika di Abad ke-21