Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Dalam Sejarah

Minggu, 20 Mei 2012


Illustration by Al-Biruni (973-1048) of differ...
Abu Rayhan al-Biruni adalah seorang ilmuwan besar, fisikawan, astronom, sosiolog, sastrawan, sejarawan dan matematikawan yang nilainya tidak pernah diketahui. Dia dipertimbangkan sebagai bapak dari unified field theory (teori segala sesuatu -pen) oleh peraih penghargaan Nobel Profesor Abdus Salam. Abu Rayhan al-Biruni hidup hampir seribu tahun yang lalu dan sezaman dengan Ibn Sina (Avicenna) dan Sultan Mahmoud Ghazni.

Pada saat menjelang akhir hayatnya, Biruni dikunjungi oleh tetangganya yang merupakan ahli fiqih. Abu Rayhan masih dalam keadaan sadar, dan tatkala melihat sang ahli fiqih, dia bertanya kepadanya tentang hukum waris dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Sang ahli fiqih terkesima melihat seseorang yang sekarat masih tertarik dengan persoalan-persoalan tersebut. Abu Rayhan berkata, “Aku ingin bertanya kepadamu: mana yang lebih baik, meninggal dengan ilmu atau meninggal tanpanya?” Sang ahli fiqih menjawab, “Tentu saja lebih baik mengetahui dan kemudian meninggal.” Abu Rayhan berkata, “Untuk itulah aku menanyakan pertanyaanku yang pertama.” Beberapa saat setelah sang ahli fiqih tiba dirumahnya, tangisan duka mengatakan kepadanya bahwa Abu Rayhan telah meninggal dunia. (Murtaza Mutahhari: Khutbah Keagamaan)

Setelah itu, hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.

Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi, “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab.”

Sebenarnya, sangatlah sulit untuk mencari bidang ilmu pengetahuan yang tidak berhutang budi kepada para pionir ini. Di bawah ini adalah daftar singkat, tanpa bermaksud menyatakannya sebagai yang terlengkap, para ilmuwan muslim dari abad 8 hingga abad 14.

701 (Meninggal) * Khalid Ibn Yazeed * Ilmuwan kimia

721-803 * Jabir Ibn Haiyan * Ilmuwan kimia (Seorang ilmuwan kimia muslim populer)

740 * Al-Asma’i * Ahli ilmu hewan, ahli tumbuh-tumbuhan, ahli pertanian

780 * Al-Khwarizmi (Algorizm) * Matematika (Aljabar, Kalkulus), Astronomi

Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu hewan muslim al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah satunya mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.

776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan

787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammad (Albumasar) * Astronomi

796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi

800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik

815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra

816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography)

836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi

838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika

852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur

857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran

858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika

860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil

864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia

973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat

888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu

900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi

903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi

908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur

912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia

923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi

930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia

932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran

934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi)

936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran

940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri

943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia)

950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika

958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah

960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan

965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika

973-1048 * Abu Rayhan Al-Biruni * Astronomy, Matematika, Sejarah, Sastra

976 * Ibn Abil Ashath * Kedokteran

980-1037 * Ibn Sina (Avicenna) * Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi

983 * Ikhwan A-Safa (Assafa) * (Kelompok Ilmuwan Muslim)

1001 * Ibn Wardi * Ilmu Bumi (Peta Dunia)

1008 (Meninggal) * Ibn Yunus * Astronomy, Matematika.

1019 * Al-Hasib Alkarji * Matematika

1029-1087 * Al-Zarqali (Arzachel) * Matematika, Astronomi, Syair

1044 * Omar Al-Khayyam * Matematika, Astronomi, Penyair

1060 (Meninggal) * Ali Ibn Ridwan Abu Hassan Ali * Kedokteran

1077 * Ibn Abi Sadia Abul Qasim * Kedokteran

1090-1161 – Ibn Zuhr (Avenzoar) * Ilmu Bedah, Kedokteran

1095 – Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya (Avenpace) * Astronomi, Kedokteran

1097 – Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) * Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Kedokteran, Ilmu

1099 – Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta Pertama)

1110-1185 – Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran

1120 (Meninggal) – Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair

1128 – Ibn Rushd (Averroe’s) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi

1135 – Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi

1136 – 1206 – Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik

1140 – Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika

1155 (Meningal) – Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi

1162 – Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)

1165 – Ibn A-Rumiyyah Abul’Abbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan

1173 – Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan

1180 – Al-Samawal * Matematika

1184 – Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan

1201-1274 – Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri

1203 – Ibn Abi-Usaibi’ah, Muwaffaq Al-Din * Kedokteran

1204 (Meninggal) – Al-Bitruji (Alpetragius) * Astronomi

1213-1288 – Ibn Al-Nafis Damishqui * Astronomi

1236 – Kutb Aldeen Al-Shirazi * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)

1248 (Meninggal) * Ibn Al-Baitar * Farmasi, Ahli Tumbuh-tumbuhan (Botany)

1258 – Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi * Kedokteran, Matematika

1262 – Abu al-Fath Abd al-Rahman al-Khazini * Fisika, Astronomi

1273-1331 – Al-Fida (Abdulfeda) * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)

1360 – Ibn Al-Shater Al Dimashqi * Astronomi, Matematika

1320 (Meninggal) – Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan *Astronomy, Fisika

1341 (Meninggal) – Al Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer * Ilmu Kimia

1351 – Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi

1359 – Ibn Al-Magdi, Shihab Udden Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi

1375 (Meninggal) – Ibn al-Shatir * Astronomi

1393-1449 – Ulugh Beg * Astronomi

1424 – Ghiyath al-Din al Kashani * Analisis Numerikal, Perhitungan

Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ” Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn Sina adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim.

Sejarah sebelum Islam dipenuhi dengan perkiraan-perkiraan, desas-desus dan mitos-mitos. Adalah seorang ahli sejarah muslim yang pertama kali memperkenalkan metode sanad dan matan yang melacak keaslian dan keutuhan sebuah informasi langsung dari saksi mata. Menurut seorang ahli sejarah Bucla “Metode ini belumlah dipraktekkan oleh Eropa sebelum tahun 1597.” Metode lainnya: adalah penelitian sejarah bersumber dari ahli sejarah terkemuka Ibn Khaldun. Pengarang dari Kashfuz Zunun memberikan daftar 1300 buku-buku sejarah yang ditulis dalam bahasa Arab pada masa beberapa abad sejak munculnya Islam.

Sekarang lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar seorang muslim memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran? Bagaimana dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak akan menemukan banyak nama kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa yang kita miliki?

Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari 22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan, hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya! (Spanyol menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada alergi atau keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya berasal dari nenek moyang kita sendiri untuk mendapatkan kembali warisan terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan, menyempurnakan dan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia.

Sumber: http://www.forumbebas.com/thread-56855.html

0 komentar:

Posting Komentar