Penginjil Muke Gile!! Betawi Mau Dikristenin Pakai Al-Qur'an

Jumat, 06 April 2012


Ahad, 12 Feb 2012

Sebuah LSM Penginjilan yang menamakan diri Staff Isa Dan Islam (SIDI) aktif menyuplai materi pendangkalan akidah untuk gerakan kristenisasi kepada umat Islam. Berbagai aktivitasnya antara lain kursus perbandingan agama dan pembagian buku dan brosur pemurtadan secara gratis.

Dalam setiap aktivitas dan kajiannnya, para penginjil itu selalu mengutip ayat-ayat Al-Qur'an untuk mendukung doktrin Ketuhanan Yesus. Dalam profil yang dipampang di website ###anislam.com, para penginjil itu mengaku sebagai “pengikut Isa Al-Masih yang terbeban menolong orang Kristen maupun orang Islam untuk memahami ajaran Al-Qur’an maupun Alkitab tentang pribadi Isa Al-Masih.”
Dalam setiap aktivitas dan kajiannnya, para penginjil itu selalu mengutip ayat-ayat Al-Qur'an sedemikian rupa yang disandingkan dengan ayat Bibel untuk mendukung doktrin Ketuhanan Yesus. Dalam profil yang dipampang di website ###anislam.com, para penginjil itu mengaku sebagai “pengikut Isa Al-Masih yang terbeban menolong orang Kristen maupun orang Islam melalui dialog agama untuk memahami ajaran Al-Qur’an maupun Alkitab tentang pribadi Isa Al-Masih.”
Secara spesifik, para penginjil SIDI membidikkan gerakan kristenisasi kepada berbagai suku mayoritas Muslim di tanah air, antara lain suku Betawi. Dalam rubrik “Jalan Keselamatan,” para mereka mengajarkan tuntunan memurtadkan umat Islam suku Betawi melalui dua tahab, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan Bibel.
Dalam tahap pertama, Penginjil SIDI memaparkan bahwa langkah pertama memperoleh keselamatan adalah mencari jalan yang lurus sesuai dengan Al-Qur'an surat Al-Fatihah 6: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Langkah selanjutnya, mengakui Yesus sebagai jalan yang lurus karena Al-Qur'an menyatakan: Yesus dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki yang suci (Qs 19:19); diberi gelar “Kalimat Allah” (Qs 3:35, 39); merupakan “Tiupan Roh dari Allah” (Qs 4:171); unik dalam mengerjakan mukjizat menyembuhkan orang buta, orang sopak, menghidupkan orang mati, memberi hidangan dari langit (Qs 3:39; 5:114).
Langkah ketiga adalah mengakui kebenaran Injil sebagai Kabar Baik yang dibawa oleh Yesus (Qs 3:84).
Langkah keempat, mengimani sifat Allah yang dominan dalam surat Al-Fatihah 1, yaitu sebagai Ar-Rahman dan Ar-Rahim (Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang). Manifestasi sifat Allah ini adalah hari raya Idul Adha, yang bermakna pengorbanan Yesus di tiang salib untuk menebus dosa manusia.
Bila ditelaah secara benar dan proporsional, ayat-ayat Al-Qur'an yang dikutip tersebut, justru memperkuat akidah tauhid, meneguhkan kebenaran Islam dan menegaskan kekafiran agama Kristen. Berikut penjelasannya:
Pertama, Ayat “ihdinas Shiraathal mustaqiim” (Tunjukilah kami jalan yang lurus) dalam Al-Qur'an surat Al-Fatihah 6 sama sekali tidak mengajak umat untuk menuhankan Yesus.
Kata “ihdina” pada ayat ini berarti permohonan kepada Allah agar senantiasa dibimbing dengan hidayah-Nya baik hidayah irsyad wat-taufiq supaya senantiasa berpegang teguh di jalan Allah. Jalan lurus yang dimaksud dijelaskan pada ayat berikutnya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerah­kan nikmat kepada mereka” (pangkal surat Al-Fatihah 7).
Jadi, jalan lurus yang dikejar umat Islam bukan jalan agama Kristen, tapi jalan kebenaran dalam bimbingan dan ridha Allah yang telah dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang telah diberi nikmat, yaitu: para rasul, nabi, shiddiqin (orang-orang yang jujur) dan para syuhada (yang gugur syahid membela agama-Nya).
Ujung ayat 7 surat Al-Fatihah semakin menegaskan bahwa jalan yang lurus itu bukan jalan Kristen dan Yahudi: “Bukan pula jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat” (ujung surat Al-Fatihah 7).
Maksud “orang-orang yang telah dimurkai Allah” (al-maghdhub) adalah orang Yahudi, karena mereka beragama tanpa memakai petunjuk para nabi padahal mereka mengetahuinya. Sedangkan kaum yang tersesat (ad-dhollin) adalah orang Kristen yang dalam praktik agamanya tidak memakai petunjuk agama karena tidak mengetahuinya. Salah satu kesesatannya adalah bertuhan kepada Tuhan Trinitas yang terdiri dari 3 oknum Tuhan Bapak, Tuhan Anak (Yesus) dan Tuhan Roh Kudus.
Kedua, mengakui Isa sebagai jalan yang lurus adalah keimanan yang benar, asalkan proporsional tidak kebablasan. Secara proporsional, jalan lurus yang diajarkan Nabi Isa adalah jalan tauhid: “Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus” (Qs Ali Imran 51, Az-Zukhruf 64).
Selain akidah tauhid, jalan lurus Nabi Isa yang tak kalah pentingnya adalah estafeta kenabian. Sebelum meninggalkan dunia, Nabi Isa berwasiat kepada para muridnya tentang nubuat kedatangan Nabi Muhammad SAW (Qs Ash-Shaff 6, Al-A’raf 157).
Dengan ayat-ayat itu, jika penginjil SIDI mengaku konsisten dengan jalan lurus Nabi Isa, maka mereka harus masuk Islam dan mengakui kenabian Muhammad SAW.
Terkait mukjizat Nabi Isa yang dikisahkan Al-Qur'an, justru semakin meneguhkan ajaran Tauhid, karena semua mukjizat itu terjadi “bi-idznillah” (dengan izin Allah). Seharusnya, jika kagum kepada mukjizat Nabi Isa harus ditujukian kepada Allah. Kagumilah Tuhannya Nabi Isa yang memberi mukjizat.
Ketiga, Para penginjil tidak usah menggurui umat Islam supaya mengakui keberadaan (eksistensi) kitab Injil yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Isa. Umat Islam di manapun wajib mengimani Injil sebagai hudan (petunjuk) dan nuur (cahaya) yang berlaku khusus untuk bani Israel, karena misi nabi Isa adalah khusus untuk bani Israel (Qs Ali Imran 49).
Tapi Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa itu bukanlah empat Injil maupun surat-surat Paulus yang tercantum dalam Bibel. Karena banyak ajaran Bibel yang bertentangan dengan Al-Qur'an, misalnya: Yesus dinubuatkan sebagai anak durhaka (Markus 15:28) yang menghalalkan miras (Yohanes 2:7-11).
Keempat, karena mengimani Allah sebagai Ar-Rahman dan Ar-Rahim, maka umat Islam menolak doktrin dosa warisan Adam. Dengan sifat Maha Penyayang, Pengasih dan Pengampun, Allah menjanjikan rahmat dan ampunan kepada hamba-Nya yang bertobat (Qs Al-Ma`idah 74, az-Zumar 53-54). Maka ketika Adam dan Hawa bertobat sebelum keluar dari surga, Allah pun menerima tobat Nabi Adam dan memberikan ampunan kepadanya (Qs Al-A'raf 23, Al-Baqarah 37, Thaha 122).
Sifat rahman-rahim Allah versi Islam jauh berbeda dengan versi Kristen. Menurut Islam, Allah mengampuni dosa manusia dengan taubat nashuha. Sementara menurut Kristen, ampunan Tuhan terhadap dosa Adam dan istrinya harus menunda ribuan tahun untuk menunggu kelahiran Yesus. Lebih ruwet lagi, ampunan Tuhan itu dilakukan Tuhan dengan menjelma menjadi manusia untuk mati dibunuh di tiang salib.
Padahal sebagai Tuhan Yang Maha Pengampun, seharusnya Dia tak perlu repot-repot menempuh jalan rumit dengan menjelma menjadi manusia untuk dibunuh secara tragis di tiang salib. Betapa ruwetnya doktrin ini!
Nah Ini Dia, Jalan ke Neraka Penginjil
Setelah jungkir-balik menyelewengkan ayat-ayat Al-Qur'an untuk mendukung doktrin Kristen, Penginjil SIDI berusaha menyeret umat Islam menjadi seorang Kristen dengan bahasa khas Betawi, berikut kutipannya:
“Pegimané supayé bisé selamet? Kalo énté ngikutin lima langka ini, énté ada di jalan nyang bisa buat énté selamet. “Diselamatin” artinyé énté dilepasin dari iketan dosa, dibebasin dari hukuman api neraka, dikasi hidup kekel, amé bisa masuk sorga. Énté mulain periksa ati énté sendiri buat pastiin apé énté betul-betul mau diselametin:
(1) Tulisin dosa-dosa nyang pernah énté lakonin, nyang énté inget. (2) Akuin satu-satu semué dosa-dosa nyang énté udé tulis tadi kepadé Sang Penyelamet. Lakonin langka eni amé langka selanjutnyé sambil belutut amé bedoa. Inget néh, cuman doa yang diucapin amé hati yang sunggu-sunggu nyang diterimé Allah. (3) Minta amé Sang Penyelamat supayé daré-Nyé ngebersiin ati énté dari dosa. Isa Al-Masih mati, terus daré-Nyé ampé ngalir di kayu salib garé-garé dosa-dosa énté, tapi Dié idup lagi di ari nyang ketiga. Itu makényé, daré-Nyé adé kuasa buat ngapusin dosa-dosa. “Daré Isa Al-Masih, Anak Allah itu, ngebersiin kité dari segalé dosa” (Injil, 1 Yohanes 1:7).
(4) Serahin segalé dosa énté kepada Sang Penyelamat. Percayé kepadé Isa Al-Masih artinyé kite mau nyerain (percayain) dosa-dosa énté untuk Dié nyang mikul. “Dié sendiri udé mikul dosa kité waktu Dié menderité sengsaré di kayu salib....” (Injil, 1 Petrus 2:24). (5) Undang Sang Penyelamat masuk amé tinggal di dalem ati énté selama-lamanyé. Percayé kepadé Isa Al-Masih artinyé terima Dié jadi Penyelamat diri énté.
(1) Buatlah daftar tertulis dari semua dosa yang diingat yang pernah Saudara lakukan! (2) Akuilah semua dosa pada daftar tersebut satu persatu kepada Sang Juruselamat. Langkah ini dan seterusnya harus dilakukan dengan berlutut dan berdoa! Ingat, Allah hanya mendengarkan doa yang diucapkan dengan hati yang sungguh-sungguh. (3) Mintalah Juruselamat membersihkan hati Saudara dari dosa dengan darah-Nya. Yesus Kristus mati dan mencurahkan darah-Nya di kayu salib karena dosa-dosa Saudara, tetapi Ia bangkit kembali pada hari ketiga. Maka darah-Nya berkuasa menghapuskan dosa-dosa Saudara! “Darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa” (Injil, 1 Yohanes 1:7). (4) Percayakan segala dosa Saudara kepada Sang Juruselamat. Percaya kepada Tuhan Yesus artinya mau menyerahkan (mempercayakan) dosa-dosa Saudara untuk ditanggung olehNya. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib...” (Injil, 1 Petrus 2:24) (5) Persilahkan Sang Juruselamat masuk mendiami hati Saudara untuk selama-lamanya. Percaya kepada Isa Al-Masih artinya menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi hidup Saudara.
Itulah lima langkah kemusyrikan menuju neraka Jahannam ajaran Penginjil Kristen.
Mengimani Yesus sebagai Tuhan Juru Selamat Penebus dosa adalah doktrin yang keliru menurut ayat Bibel sendiri. Kitab Yesaya menegaskan, sepanjang masa Tuhan dan Juru Selamat itu hanyalah Allah, tidak ada yang lain: “Demikianlah firman Tuhan... Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain daripada-Ku” (43:10-11).
Doktrin penebusan dosa oleh kematian Yesus di tiang salib sudah usang dan banyak digugat ilmuwan Kristen sendiri. Uskup John Shelby Spong menyerukan untuk menyingkirkan doktrin Yesus Juruselamat: “So we must free Jesus from the rescuer role.. Jesus portrayed in the creedal statement ‘as one who, for us and for our salvation, came down from heaven’ simply no longer communicates to our world. Those concepts must be uprooted and dismissed” (Why Christianity Must Change or Die, hlm 99).
(Oleh karena itu kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai Juruselamat... Yesus yang digambarkan di dalam pernyataan keimanan sebagai seseorang yang demi kita dan demi keselamatan kita, turun dari surga, sudah tidak cocok untuk alam kita sekarang ini. Ajaran ini harus dicabut dan disingkirkan).
Membuat daftar dosa secara tertulis untuk disesali dengan cara berlutut hadapan patung atau gambar Yesus Kristus, adalah perbuatan yang sia-sia dan bertentangan dengan ajaran Yesus sendiri. Dalam Bibel Yesus mengajarkan etika berdoa kepada murid-muridnya, yang dikenal dengan istilah “Doa Bapa Kami,” sbb:
“Bapa Kami di surga... ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Matius 6:9-12, Lukas 11:2-4).
Jika Yesus mengajarkan, menyuruh dan memberi teladan untuk berdoa minta ampun kepada Tuhan, maka berdoa minta ampun kepada Yesus adalah ajaran sesat penginjil. Jika konsisten dan beriman kepada Yesus, berdoa dan minta ampunlah seperti yang dilakukan Yesus, yaitu berdoa kepada Allah SWT, Tuhannya Yesus.
Selain keliru dan berdosa, minta pengampunan dosa kepada Yesus semakin aneh, karena diiringi dengan i'tikad bahwa Yesus adalah penjelmaan (inkarnasi) Tuhan yang turun ke dunia untuk mati disalib menebus dosa warisan Adam.
Jika manusia yang berdosa, seharusnya manusia pula yang harus bertaubat Nashua minta ampun kepada Tuhan, lalu Tuhan mengampuninya karena Dia Maha Pengampun. Kalau manusia yang berdosa, mengapa Tuhan yang repot-repot malih rupa menjadi manusia lalu mati dibunuh untuk menebus dosa manusia? Gitu aja kok repot!! [A. Ahmad Hizbullah MAG/Suara Islam]

0 komentar:

Posting Komentar